Jakarta (ANTARA News) - Langkah pertamina mengajak perusahaan  minyak asal Oman yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG) yang menggandeng perusahaan trading Cosmo Oil International Pte Ltd (COI)  dalam sebuah konsorsium pembangunan kilang di Bontang adalah langkah tepat, kata anggota Komisi VI DPR, Falah Amru.

Langkah Pertamina menggandeng OOG dan COI, tak lain  untuk memenuhi kebutuhan avtur dalam negeri dan solar yang akan diekspor, kata Falah dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

OOG merupakan perusahaan konsorsium yang kemudian menggandeng perusahaan trading COI, yang merupakan trading arm dari Cosmo Energy Group, yakni perusahaan pengolahan minyak asal Jepang.

"Yang lebih menggembirakan lagi adalah langkah kongkrit pembangunan kilang di Indonesia adalah salah satu upaya kreatif pemerintah. Pertamina tidak mengeluarkan uangnya tapi mengajak perusahaan membentuk konsorsium," kata Falah.

Falah mengatakan langkah tersebut tentu sudah melewati pengkajian yang panjang. Hal ini, lanjutnya, tentunya atas arahan Menteri ESDM Ignasius Jonan yang giat melakukan terobosan terobosan baru di bidang energi.

Menurut laman PT Pertamina, BUMN ini menetapkan akan bermitra dengan perusahaan minyak OOG yang menggandeng perusahaan trading COI yang merupakan trading arm Cosmo Energy Group (salah satu perusahaan pengolahan minyak Jepang) sebagai calon mitra untuk pembangunan kilang Bontang.

Nilai proyek pembangunan ini diperkirakan akan mencapai 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp 130 triliun. Pembangunan kilang Bontang merupakan salah satu program pemerintah untuk membangun kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi untuk Indonesia.

Selanjutnya, Pertamina menyampaikan persyaratan terkait dengan perubahan struktur bisnis GRR Bontang kepada mitra potensial tersebut yakni dari sisi finansial Pertamina tidak ikut mendanai proyek dan Pertamina mendapatkan  lebih dari 10 persen  saham dari proyek tanpa mengeluarkan biaya.

Pembangunan kilang di Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa penambahan kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan produk utama berupa gasoline dan diesel.

Pembangunan ini diperkirakan akan memberikan lapangan pekerjaan hingga lebih dari 20.000 orang saat proyek pembangunan, dan sekitar 1.600 orang saat kilang sudah beroperasi.