13 ribu anak Asmat telah divaksinasi campak
31 Januari 2018 16:57 WIB
Petugas kesehatan memberikan perawatan kepada sejumlah anak penderita gizi buruk dari kampung Warse, Distrik Jetsy di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (22/1/2018). Sebanyak 15 anak dievakuasi menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats untuk diberikan perawatan dan pengobatan. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa) ()
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan sebanyak 13.300 anak di Kabupaten Asmat, Papua telah divaksinasi sebagai upaya penanggulangan wabah campak.
Menurut Nila, belum semua distrik di Kabupaten Asmat mendapatkan layanan tersebut karena terkendala medan yang berat.
"Memang masih ada sejumlah distrik yang belum terjangkau karena untuk sampai ke tempat-tempat tersebut memang sulit," kata Nila.
Nila pun melaporkan hingga saat ini ada 71 orang meninggal akibat campak dan gizi buruk.
Berdasarkan data yang diterima Tim Satgas Kemanusiaan Asmat hingga Selasa (30/1) jumlah pasien rawat inap di Asmat masih tersisa 26 orang, 19 orang diantaranya diewat di RSUD Asmat dan tujuh pasien di rawat di Aula Gereja Protestan Indonesia Asmat.
Lima pasien yang masih rawat inap di RSUD Asmat didiagnosa terserang campak, 10 orang mengalami gizi buruk dan diare, serta empat orang mengalami demam.
Sementara itu pasien yang dirawat di Aulia GPI seluruhnya mengalami gizi buruk, sebelumnya jumlah pasien yang dirawat di Aula GPI sebanyak 47 orang, dimana 40 orang telah dipulangkan ke rumah.
Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan penyelesaian masalah di Kabupaten Asmat harus terpadu dan lintas sektoral, sejumlah kementerian menyelesaikan masalah infrastruktur, lingkungan, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Menurut dia, apa yang dilakukan di Papua harus berbasis budaya, karakter daerah, tidak bisa sama dengan lainnya.
Idrus juga menyebutkan bahwa penanganan masalah di Asmat merupakan operasi kemanusiaan.
"Keterlibatan TNI-Polri dalam rangka operasi kemanusiaan, bukan operasi militer, jangan ada yang merasa paling pahlawan, semua adalah pahlawan karena kita lakukan dengan gotong royong," kata dia.
Menurut Nila, belum semua distrik di Kabupaten Asmat mendapatkan layanan tersebut karena terkendala medan yang berat.
"Memang masih ada sejumlah distrik yang belum terjangkau karena untuk sampai ke tempat-tempat tersebut memang sulit," kata Nila.
Nila pun melaporkan hingga saat ini ada 71 orang meninggal akibat campak dan gizi buruk.
Berdasarkan data yang diterima Tim Satgas Kemanusiaan Asmat hingga Selasa (30/1) jumlah pasien rawat inap di Asmat masih tersisa 26 orang, 19 orang diantaranya diewat di RSUD Asmat dan tujuh pasien di rawat di Aula Gereja Protestan Indonesia Asmat.
Lima pasien yang masih rawat inap di RSUD Asmat didiagnosa terserang campak, 10 orang mengalami gizi buruk dan diare, serta empat orang mengalami demam.
Sementara itu pasien yang dirawat di Aulia GPI seluruhnya mengalami gizi buruk, sebelumnya jumlah pasien yang dirawat di Aula GPI sebanyak 47 orang, dimana 40 orang telah dipulangkan ke rumah.
Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan penyelesaian masalah di Kabupaten Asmat harus terpadu dan lintas sektoral, sejumlah kementerian menyelesaikan masalah infrastruktur, lingkungan, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Menurut dia, apa yang dilakukan di Papua harus berbasis budaya, karakter daerah, tidak bisa sama dengan lainnya.
Idrus juga menyebutkan bahwa penanganan masalah di Asmat merupakan operasi kemanusiaan.
"Keterlibatan TNI-Polri dalam rangka operasi kemanusiaan, bukan operasi militer, jangan ada yang merasa paling pahlawan, semua adalah pahlawan karena kita lakukan dengan gotong royong," kata dia.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: