Dunia heboh sambut "super blue blood moon"
31 Januari 2018 11:20 WIB
Gerhana bulan total terlihat dari Kota Gorontalo, Rabu (8/10), tahun lalu. Gerhana bulan berwarna merah darah ini adalah fenomena langka dan berlangsung selama 58 menit. (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)
Jakarta (ANTARA News) - Sebagian besar wilayah dunia Rabu malam nanti beruntung akan melihat fenomena sangat langka nan menghebohkan berupa pemandangan bulan merah tua raksasa yang terbentuk berkat trifekta bulan yang jarang terjadi manakala "blue moon", supermoon dan gerhana bulan total terjadi dalam waktu bersamaan.
Kehebohan untuk menjadi fenomena alam yang langka ini terjadi di mana-mana dari Amerika Serikat sampai Australia dan Indonesia, banyak tempat di dunia lainnya.
Pemandangan amat langka yang disebut NASA "super blue blood moon" itu akan mulai terlihat pada sore menjelang malam sampai tengah malam di Asia dan wilayah lain, namun baru terlihat menjelang ufuk terbit di Amerika Serikat bagian barat.
Saat itu bulan melintas dalam bayang-bayang Bumi untuk memancarkan warna merah darah.
Tidak seperti beberapa wilayah Indonesia seperti Jakarta yang diprediksi hujan saat "super blue blood moon" terjadi, di beberapa bagian dunia justru akan melihat fenomena alam yang bagi dunia belahan barat terakhir terjadi 151 tahun lalu.
"Cuaca mendukung, Pantai Barat, Alaska dan Hawaii akan melihat pemandangan spektakuler secara total dari awal sampai akhir," kata Gordon Johnston, pakar bulan dari NASA, seperti dikutip AFP.
Bagian lain di dunia, termasuk Australia dan Asia, akan menyaksikan fenomena itu pada malam hari, karena bulan muncul di sebelah barat.
Kehebohan untuk menjadi fenomena alam yang langka ini terjadi di mana-mana dari Amerika Serikat sampai Australia dan Indonesia, banyak tempat di dunia lainnya.
Pemandangan amat langka yang disebut NASA "super blue blood moon" itu akan mulai terlihat pada sore menjelang malam sampai tengah malam di Asia dan wilayah lain, namun baru terlihat menjelang ufuk terbit di Amerika Serikat bagian barat.
Saat itu bulan melintas dalam bayang-bayang Bumi untuk memancarkan warna merah darah.
Tidak seperti beberapa wilayah Indonesia seperti Jakarta yang diprediksi hujan saat "super blue blood moon" terjadi, di beberapa bagian dunia justru akan melihat fenomena alam yang bagi dunia belahan barat terakhir terjadi 151 tahun lalu.
"Cuaca mendukung, Pantai Barat, Alaska dan Hawaii akan melihat pemandangan spektakuler secara total dari awal sampai akhir," kata Gordon Johnston, pakar bulan dari NASA, seperti dikutip AFP.
Bagian lain di dunia, termasuk Australia dan Asia, akan menyaksikan fenomena itu pada malam hari, karena bulan muncul di sebelah barat.
Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018
Tags: