Jakarta (ANTARA News) - Sistem pembayaran berbelanja daring masih menjadi salah satu tantangan bagi para pelaku e-commerce di Indonesia, salah satunya karena masih sedikit orang yang memakai kartu kredit dan tidak semua orang memiliki akses ke bank.
"Kemampuan membayar dengan kartu kredit tidak banyak sehingga e-commerce harus menyediakan berbagai sistem pembayaran yang termudah," kata Pemasar Konten Senior iPrice Group Andrew Prasatya di Jakarta, Selasa.
E-commerce harus berinvestasi untuk menyediakan beragam sistem pembayaran agar dapat dijangkau konsumen, misalnya menggandeng perusahaan teknologi finansial atau menyediakan sendiri dompet digital (digital wallet) yang dapat diisi ulang.
Andrew juga menyoroti salah satu sistem pembayaran yang dinilainya kurang efisien untuk transaksi e-commerce, yakni bayar di tempat atau lazim disebut cash on delivery (COD).
Sistem tersebut memerlukan biaya yang lebih tinggi karena harus ada orang yang berangkat menuju lokasi alamat tujuan, meskipun bagi konsumen COD masih menjadi salah satu pilihan populer untuk mengatasi kekhawatiran penipuan saat berbelanja online.
Oleh karena itu pelaku e-commerce perlu memberikan pemahaman mengenai arus transaksi untuk memastikan keamanan berbelanja di tempat tersebut.
Misalnya dengan membuat konten promosi bagaimana memilih toko terpercaya di platform tersebut.
Selain mengenai pembayaran, pengiriman barang juga menjadi pekerjaan rumah bagi e-commerce karena topografi Indonesia sebagai negara kepulaun mengharuskan mereka untuk berinvestasi di jasa pengiriman darat, laut dan udara serta lokasi yang tepat untuk dijadikan gudang.
Sistem pembayaran masih jadi PR pelaku "e-commerce"
30 Januari 2018 14:53 WIB
Ilustrasi belanja online (Pixabay/StockSnap)
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018
Tags: