Setnov akui Irman datangi rumahnya bicarakan anggaran
29 Januari 2018 18:29 WIB
Terdakwa kasus korupsi pengadaan KTP elektronik Setya Novanto (kiri) menjalani sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (29/1/2018). Sidang lanjutan itu beragenda mendengarkan keterangan saksi dari mantan Mendagri Gamawan Fauzi, Mantan Sekjen Kemendagri Diah Anggraini dan Dirjen Dukcapil Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta (ANTARA News) - Setya Novanto mengaku pernah didatangi mantan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri Irman untuk membicarakan soal anggaran.
"Pengalaman saya waktu Pak Irman pernah ke rumah, Pak Andi (Narogong yang) bawa, saya keberatan karena bicarakan soal anggaran," kata Setya Novanto dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin.
Setnov menyampaikan hal itu setelah mendengarkan keterangan dari mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Diah Angraeni yang menyatakan bahwa Setnov pernah menyampaikan pesan ke Diah untuk Irman yaitu agar kalau Irman bertemu dengan orang katakan tidak mengenal Setnov.
Pesan Setnov itu disampaikan saat ia bertemu Diah di acara pelantikan ketua BPK. Diah lalu meminta Kabiro Hukum Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh untuk menyampaikan pesan Setnov itu kepada Irman.
"Waktu disampaikan dari Bu Diah pada saat di BPK memang suasana sangat ramai, dan waktu itu Bu Diah hanya menyampaikan apa kabar, terus saya sampaikan bahwa `Tolong tuh saudara Irman jangan pakai pakai-pakai nama saya`," ungkap Setnov.
Ia juga mengaku mendapat informasi bahwa Irman sering memakai nama-nama orang tertentu.
"Karena saya tahu Pak Irman ini saya dapat informasi bahwa sering pakai nama-nama, itu saja ketakutan saya," tambah Setnov.
Dalam sidang juga terungkap bahwa Irman diangkat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Dukcapil Kemendagri saat masih berstatus sebagai tersangka.
"Pak Irman jadi tersangka di Kejagung lalu kami sampaikan ke Pak menteri karena Pak Irman tidak laporkan status tersangkanya ke kami. Saat itu dia jadi tersangka saat menjadi direktur PIAK untuk Proyek SIAK Dukcapil di Kemendagri tahun 2009, istilahnya uji petik," kata Diah yang juga menjadi saksi dalam sidang itu.
Saat itu menurut Diah, Dirjen Dukcapil sebelumnya Rasyid Saleh sudah pensiun dan 6 bulan kosong lalu Kepala biro kepegawaian pun mengusulkan nama Irman ke Diah dan Diah mengusulkannya ke Gamawan.
"Kan sudah keluar SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan) makanya dia jadi Plt Dirjen, setelah keluar SP3 baru diusulkan jadi Plt," kata Gamawan dalam sidang.
Dalam perkara ini Setnov diduga menerima 7,3 juta dolar AS dan jam tangan Richard Mille senilai 135 ribu dolar AS dari proyek KTP-E. Setya Novanto menerima uang tersebut melalui mantan direktur PT Murakabi sekaligus keponakannya Irvanto Hendra Pambudi Cahyo maupun rekan Setnov dan juga pemilik OEM Investmen Pte.LTd dan Delta Energy Pte.Lte yang berada di Singapura Made Oka Masagung.
Sedangkan jam tangan diterima Setnov dari pengusaha Andi Agustinus dan direktur PT Biomorf Lone Indonesia Johannes Marliem sebagai bagian dari kompensasi karena Setnov telah membantu memperlancar proses penganggaran. Total kerugian negara akibat proyek tersebut mencapai Rp2,3 triliun.
"Pengalaman saya waktu Pak Irman pernah ke rumah, Pak Andi (Narogong yang) bawa, saya keberatan karena bicarakan soal anggaran," kata Setya Novanto dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin.
Setnov menyampaikan hal itu setelah mendengarkan keterangan dari mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Diah Angraeni yang menyatakan bahwa Setnov pernah menyampaikan pesan ke Diah untuk Irman yaitu agar kalau Irman bertemu dengan orang katakan tidak mengenal Setnov.
Pesan Setnov itu disampaikan saat ia bertemu Diah di acara pelantikan ketua BPK. Diah lalu meminta Kabiro Hukum Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh untuk menyampaikan pesan Setnov itu kepada Irman.
"Waktu disampaikan dari Bu Diah pada saat di BPK memang suasana sangat ramai, dan waktu itu Bu Diah hanya menyampaikan apa kabar, terus saya sampaikan bahwa `Tolong tuh saudara Irman jangan pakai pakai-pakai nama saya`," ungkap Setnov.
Ia juga mengaku mendapat informasi bahwa Irman sering memakai nama-nama orang tertentu.
"Karena saya tahu Pak Irman ini saya dapat informasi bahwa sering pakai nama-nama, itu saja ketakutan saya," tambah Setnov.
Dalam sidang juga terungkap bahwa Irman diangkat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Dukcapil Kemendagri saat masih berstatus sebagai tersangka.
"Pak Irman jadi tersangka di Kejagung lalu kami sampaikan ke Pak menteri karena Pak Irman tidak laporkan status tersangkanya ke kami. Saat itu dia jadi tersangka saat menjadi direktur PIAK untuk Proyek SIAK Dukcapil di Kemendagri tahun 2009, istilahnya uji petik," kata Diah yang juga menjadi saksi dalam sidang itu.
Saat itu menurut Diah, Dirjen Dukcapil sebelumnya Rasyid Saleh sudah pensiun dan 6 bulan kosong lalu Kepala biro kepegawaian pun mengusulkan nama Irman ke Diah dan Diah mengusulkannya ke Gamawan.
"Kan sudah keluar SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan) makanya dia jadi Plt Dirjen, setelah keluar SP3 baru diusulkan jadi Plt," kata Gamawan dalam sidang.
Dalam perkara ini Setnov diduga menerima 7,3 juta dolar AS dan jam tangan Richard Mille senilai 135 ribu dolar AS dari proyek KTP-E. Setya Novanto menerima uang tersebut melalui mantan direktur PT Murakabi sekaligus keponakannya Irvanto Hendra Pambudi Cahyo maupun rekan Setnov dan juga pemilik OEM Investmen Pte.LTd dan Delta Energy Pte.Lte yang berada di Singapura Made Oka Masagung.
Sedangkan jam tangan diterima Setnov dari pengusaha Andi Agustinus dan direktur PT Biomorf Lone Indonesia Johannes Marliem sebagai bagian dari kompensasi karena Setnov telah membantu memperlancar proses penganggaran. Total kerugian negara akibat proyek tersebut mencapai Rp2,3 triliun.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: