Pemimpin oposisi Rusia dibebaskan dari tahanan
29 Januari 2018 13:03 WIB
Arsip Foto. Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny memeluk sang istri Yulia setelah pengadilan di Kirov, menetapkan Navalny bersalah atas tudugan pencurian tetapi menangguhkan hukuman lima tahun penjara baginya, yang membuaut pengkritik utama Presiden Vladimir Putin tidak dipenjara. (REUTERS/Maxim Shemetov)
Moskow (ANTARA News) - Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny dibebaskan setelah sempat ditahan polisi di Moskow, sementara ribuan orang berdemonstrasi menolak pemilu Maret yang diperkirakan akan memperpanjang masa jabatan Vladimir Putin di Kremlin.
"Saya bebas," tulis Navalny di Twitter pada Minggu malam, menambahkan: "Hari ini merupakan hari yang penting... Terima kasih kepada semua yang tidak takut memperjuangkan hak mereka."
Ribuan orang menerjang suhu dingin untuk mengikuti aksi unjuk rasa di lusinan kota Rusia untuk memprotes apa yang disebut Navalny dan pendukungnya sebagai "pemilu semu" yang akan datang.
"Ini bukan pemilihan karena kami sudah tahu hasilnya," kata Elena Ruzhe (62) kepada AFP di Moskow. "Saya tidak takut memprotes," kata bekas pegawai kementerian kebudayaan itu.
Di kota Yekaterinburg, seribu orang berunjuk rasa, termasuk wali kotanya. "Apa yang ditawarkan kepada kita bukan pemilu," kata wali kota Yevgeny Roizman kepada pengunjuk rasa.
Di Moskow, Navalny meneriakkan "penipu dan pencuri" dalam demonstrasi di pusat kota pada Minggu, sebelum beberapa polisi menangkap sang pemimpin oposisi, membekuknya dan menyeret dia ke sebuah bus.
Otoritas sebelumnya mengatakan bahwa Navalny akan dituntut dengan tuduhan merencanakan protes tanpa izin, menambahkan bahwa dia dibawa ke kantor polisi.
Ribuan orang berpartisipasi dalam aksi di Moskow. Pihak berwenang meningkatkan pengamanan, mengerahkan mobil-mobil polisi dan bus penumpang ke pusat kota, namun sebagian besar menahan diri untuk menangkap pengunjuk rasa. (mu)
"Saya bebas," tulis Navalny di Twitter pada Minggu malam, menambahkan: "Hari ini merupakan hari yang penting... Terima kasih kepada semua yang tidak takut memperjuangkan hak mereka."
Ribuan orang menerjang suhu dingin untuk mengikuti aksi unjuk rasa di lusinan kota Rusia untuk memprotes apa yang disebut Navalny dan pendukungnya sebagai "pemilu semu" yang akan datang.
"Ini bukan pemilihan karena kami sudah tahu hasilnya," kata Elena Ruzhe (62) kepada AFP di Moskow. "Saya tidak takut memprotes," kata bekas pegawai kementerian kebudayaan itu.
Di kota Yekaterinburg, seribu orang berunjuk rasa, termasuk wali kotanya. "Apa yang ditawarkan kepada kita bukan pemilu," kata wali kota Yevgeny Roizman kepada pengunjuk rasa.
Di Moskow, Navalny meneriakkan "penipu dan pencuri" dalam demonstrasi di pusat kota pada Minggu, sebelum beberapa polisi menangkap sang pemimpin oposisi, membekuknya dan menyeret dia ke sebuah bus.
Otoritas sebelumnya mengatakan bahwa Navalny akan dituntut dengan tuduhan merencanakan protes tanpa izin, menambahkan bahwa dia dibawa ke kantor polisi.
Ribuan orang berpartisipasi dalam aksi di Moskow. Pihak berwenang meningkatkan pengamanan, mengerahkan mobil-mobil polisi dan bus penumpang ke pusat kota, namun sebagian besar menahan diri untuk menangkap pengunjuk rasa. (mu)
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: