NTT segera wujudkan kampung cokelat di Adonara Barat
29 Januari 2018 11:31 WIB
Harga Kakao Di Tingkat Petani Warga menunjukkan kakao hasil perkebunan setempat di Desa Ulo, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (7/6/2016). Tidak tersedianya sarana transportasi dan infrastruktur yang memadai membuat harga kakao di wilayah itu sangat rendah yakni rata-rata Rp36.000 per kg, sementara harga kakao di pasar mencapai Rp45.000 per kg. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki) ()
Kupang (ANTARA News) - Kepala Dinas Perindustrian Nusa Tenggara Timur Obaldus Toda, mengatakan pada 2018, pihaknya akan merealisasikan pembangunan kampung cokelat di Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.
"Persiapan dan desainnya sudah dimulai tahun lalu dan untuk eksekusi pembangunan kampung cokelat di Flores Timur ini kami mulai di 2018 ini," katanya saat dihubungi Antara di Kupang, Senin.
Ia mengaatakan, pembangunan kampung cokelat itu untuk menghidupkan sektor industri skala menengah berbasis perkampungan atau desa dan untuk mendukung kepariwisataan di zona timur Pulau Flores.
Ia menjelaskan, kampung cokelat itu akan dikelola kelompok usaha masyarakat untuk melakukan proses produksi hingga pabrik skala menengah.
"Karena industrinya lingkup menengah di kampung maka bisa dikelola 10 hingga 20 warga dengan lahan sekitar satu hektare lebih saja sudah bisa dimulai,"katanya.
Ia menjelaskan, cokelat secara komoditas menyebar di sejumlah daerah di Pulau Flores, dengan potensi terbesar di Kabupaten Sikka mencapai lebih dari 20 ribu hektar, Ende lebih dari 6 ribu hektare, dan Flores Timur 6 ribuan hekare.
Potensi yang ada, lanjutnya, akan dikembangkan mulai dengan membentuk industri kecil menengah berbasiskan kelompok usaha di kampung atau desa.
"Harapan kami kampung cokelat ini akan menjadi contoh untuk pengembangan kelompok-kelompok industri di daerah potensial lainnya, selanjutnya tinggal diperkuat pemerintah daerah setempat untuk produksi hingga pemasarannya," katanya.
Obaldus mengatakan, terus mendorong perkembangan industri kecil menengah meskipun dilakukan secara bertahap karena keterbatasan anggaran.
"Sementara untuk skala besar tentu kami terus menawarkan potensi-potensi yang kita miliki kepada investor swasta untuk membangun pabriknya di daerah ini," katanya.
Ia mengatakan, selain kampung cokelat, Dina Perindustrian provinsi membangun kampung tenun di Maumere, Kabupaten Sikka yang dimulai pada 2017.
"Persiapan dan desainnya sudah dimulai tahun lalu dan untuk eksekusi pembangunan kampung cokelat di Flores Timur ini kami mulai di 2018 ini," katanya saat dihubungi Antara di Kupang, Senin.
Ia mengaatakan, pembangunan kampung cokelat itu untuk menghidupkan sektor industri skala menengah berbasis perkampungan atau desa dan untuk mendukung kepariwisataan di zona timur Pulau Flores.
Ia menjelaskan, kampung cokelat itu akan dikelola kelompok usaha masyarakat untuk melakukan proses produksi hingga pabrik skala menengah.
"Karena industrinya lingkup menengah di kampung maka bisa dikelola 10 hingga 20 warga dengan lahan sekitar satu hektare lebih saja sudah bisa dimulai,"katanya.
Ia menjelaskan, cokelat secara komoditas menyebar di sejumlah daerah di Pulau Flores, dengan potensi terbesar di Kabupaten Sikka mencapai lebih dari 20 ribu hektar, Ende lebih dari 6 ribu hektare, dan Flores Timur 6 ribuan hekare.
Potensi yang ada, lanjutnya, akan dikembangkan mulai dengan membentuk industri kecil menengah berbasiskan kelompok usaha di kampung atau desa.
"Harapan kami kampung cokelat ini akan menjadi contoh untuk pengembangan kelompok-kelompok industri di daerah potensial lainnya, selanjutnya tinggal diperkuat pemerintah daerah setempat untuk produksi hingga pemasarannya," katanya.
Obaldus mengatakan, terus mendorong perkembangan industri kecil menengah meskipun dilakukan secara bertahap karena keterbatasan anggaran.
"Sementara untuk skala besar tentu kami terus menawarkan potensi-potensi yang kita miliki kepada investor swasta untuk membangun pabriknya di daerah ini," katanya.
Ia mengatakan, selain kampung cokelat, Dina Perindustrian provinsi membangun kampung tenun di Maumere, Kabupaten Sikka yang dimulai pada 2017.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: