Megawati berpesan pilkada harus gunakan cara beradab
28 Januari 2018 20:37 WIB
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kedua kanan) didampingi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kedua kiri) dan Kepala Sekolah Partai Calon Kepala Daerah PDI Perjuangan Komarudin Watubun (kiri) menghadiri pembukaan sekolah partai calon kepala daerah PDI Perjuangan angkatan keenam, di Wisma Kinasih, Tapos, Depok, Jawa Barat, Minggu (28/1/2018). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso) (Indrianto Eko Suwarso)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berpesan bahwa kontestasi pilkada 2018 yang digelar Juni mendatang harus dilakukan secara biadab dan tidak menghalalkan segala cara karena kekuasaan yang diperoleh dengan cara yang tidak benar tidak akan bertahan lama.
"Kekuasaan yang diperoleh dengan segala cara tidak akan lama. Karena hakikat politik itu adalah membangun peradaban, bukan memecah belah rakyat demi kepentingan sesaat," kata Megawati seperti diucapkan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Hal itu dikatakan Megawati saat memberikan pengarahan tertutup dalam pembukaan Sekolah Partai Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah 2018 di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat, Minggu (28/1).
Megawati, kata Hasto, meminta para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan untuk menghadapi kampanye hitam pihak lawan dengan senyuman.
Menurut Hasto, Megawati menilai karena rakyat sudah tahu mana calon yang memecah belah, dan mana calon yang berkampanye untuk mempersatukan.
Megawati, kata Hasto, juga mengajak para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk mempelajari kepemimpinan dan keteladanan Bung Karno, Bung Hatta, KH Agus Salim dan KH Hasyim Asyari. Sebab, para pendiri bangsa ini jauh dari korupsi.
"Jangan setelah dipilih rakyat, para kepala daerah menggunakan kekuasaan mereka untuk korupsi dan menjarah rakyat," ujarnya.
Kepala Sekolah Partai, Komarudin Watubun mengatakan Sekolah Partai kali ini diikuti oleh 91 peserta, para calon kepala daerah digembleng selama 6 hari mulai 28 Januari hingga 2 Februari 2018 di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat.
Sejumlah nama calon kepala daerah terlihat hadir untuk ikut sekolah partai, antara lain bakal Cawagub Jabar Irjen Anton Charliyan, bakal Cawagub Jatim Puti Guntur Soekarnoputri, bakal Cagub Kaltim Rusmadi Wongso, hingga bakal Cawagub Kaltim Irjen Safaruddin.
"Kekuasaan yang diperoleh dengan segala cara tidak akan lama. Karena hakikat politik itu adalah membangun peradaban, bukan memecah belah rakyat demi kepentingan sesaat," kata Megawati seperti diucapkan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Hal itu dikatakan Megawati saat memberikan pengarahan tertutup dalam pembukaan Sekolah Partai Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah 2018 di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat, Minggu (28/1).
Megawati, kata Hasto, meminta para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan untuk menghadapi kampanye hitam pihak lawan dengan senyuman.
Menurut Hasto, Megawati menilai karena rakyat sudah tahu mana calon yang memecah belah, dan mana calon yang berkampanye untuk mempersatukan.
Megawati, kata Hasto, juga mengajak para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk mempelajari kepemimpinan dan keteladanan Bung Karno, Bung Hatta, KH Agus Salim dan KH Hasyim Asyari. Sebab, para pendiri bangsa ini jauh dari korupsi.
"Jangan setelah dipilih rakyat, para kepala daerah menggunakan kekuasaan mereka untuk korupsi dan menjarah rakyat," ujarnya.
Kepala Sekolah Partai, Komarudin Watubun mengatakan Sekolah Partai kali ini diikuti oleh 91 peserta, para calon kepala daerah digembleng selama 6 hari mulai 28 Januari hingga 2 Februari 2018 di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat.
Sejumlah nama calon kepala daerah terlihat hadir untuk ikut sekolah partai, antara lain bakal Cawagub Jabar Irjen Anton Charliyan, bakal Cawagub Jatim Puti Guntur Soekarnoputri, bakal Cagub Kaltim Rusmadi Wongso, hingga bakal Cawagub Kaltim Irjen Safaruddin.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: