Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Kazakhstan tertarik cara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menangani terorisme, terutama pendekatan lunak yang dilakukan lembaga antiterorisme Indonesia itu.

"Pola pendekatan lunak yang selama ini dilakukan Indonesia melalui BNPT dalam penanganan masalah terorisme sepertinya menjadi sesuatu yang menarik bagi pemerintah Kazakhstan," kata Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius, dalam siaran pers, di Jakarta, Minggu.

Dia berdialog dengan Deputi Chairman National Security Committee (NSC) Kazakhstan, Nurgali Dauletbekovich Billsbekov, di Astana, ibu kota Kazakhstan, Rabu (24/1), dalam rangka menindaklanjuti kesepakatan kerja sama penanggulangan terorisme antara Indonesia dan Kazakhstan.

Dalam pertemuan itu, kata Suhardi, secara khusus ia memberikan penjelasan secara utuh mengenai apa yang sudah dikerjakan Indonesia dalam kontraterorisme.

Ia menjelaskan, dalam melaksanakan pendekatan lunak ini BNPT menggandeng para mantan pimpinan kelompok teroris yang telah bertobat sebagai pembicara untuk program deradikalisasi.

"Pendekatan ini efektif karena mantan teroris ini telah menunjukkan dan mengungkapkan pengalaman mereka sebelumnya," kata dia.

Dia juga menceritakan, dalam pendekatan lunak itu BNPT melibatkan organisasi Islam nasional, di antaranya Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

"Dari penjelasan itu, pola pendekatan lunak inilah yang menjadi poin besar buat mereka bahwa tidak selamanya pola penanganan dengan metode pendekatan keras itu bisa menghasilkan suatu solusi," katanya.

Dia juga menceritakan, BNPT merekrut generasi muda penggiat media sosial dan internet untuk menjadi duta damai di dunia maya. Mereka bertugas menyebarkan pesan-pesan damai dan positif dengan bahasa anak muda.

"Dalam pembicaraan tersebut baik kami dari Indonesia dan pihak Kazakhstan bertekad saling bertukar pengalaman terutama dalam mengantisipasi kembalinya returnees Foreign Terrorist Fighters," kata Aliyus.