Davos/Frankfurt (ANTARA News) - Usaha fokus menyasar tingkat mata uang akan berisiko menciptakan perang mata uang, kata anggota dewan gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, beberapa hari setelah Amerika Serikat bertekad melemahkan nilai tukar dolar AS untuk mendorong perdagangan.

Anggota dewan gubernur ECB Benoit Coeure mengatakan pembahasan mengenai nilai mata uang harusnya dituntaskan dalam pertemuan-pertemuan global seperti G7 dan G20 karena hingar bingar di publik belakangan ini ternyata tak membantu keadaan.

"Hal terakhir yang baru diperlukan dunia saat ini adalah perang mata uang. Kita hidup di sebuah dunia di mana nilai tukar tidak dan seharusnya tidak boleh dijadikan sasaran untuk tujuan persaingan," kata Coeure kepada sebuah panel Forum Ekonomi Dunia di Davos.

"Kita telah menyaksikan banyak gejolak yang tercipta karena pernyataan berbeda-beda dan saya kira semua itu tak ada manfaatnya," kata Coeure.

"Gejolak itu tak berguna dan jika itu mencapai titik yang bisa menciptakan konsekuensi yang tidak dikehendaki kita, pengencangan kebijakan moneter yang tidak dikehendaki, maka kita harus meninjaunya lagi."

Pernyataan Coeure itu keluar setelah belum lama ini pemerintah AS menyatakan ingin melemahkan dolar AS sehingga pasar bereaksi dan dolar pun ambruk ke level paling rendah dalam tiga tahun terakhir terhadap euro.

Pernyataan Coeure sejalan dengan komentar Kepala ECB Mario Draghi yang Selasa lalu mengkritik keras keinginan Washington mendepresiasi dolar.

Gejolak nilai tukar menjadi sangat sensitif bagi ECB karena saat ini bank sentral itu bersiap mencabut stimulus setelah selama hampir tiga tahun memborong aset senilai 2 triliun dolar, demikian Reuters.