PT Krakatau Steel akan tingkatkan penjualan pada 2018
25 Januari 2018 16:46 WIB
Dokumentasi seorang pekerja mengamati proses "press sizing" alias pembentukan sleb baja lembaran di pabrik Hot Strip Mill PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Cilegon, Banten, Kamis (21/2). Meski tingkat konsumsi baja nasional baru mencapai 40 kg per kapita per tahun, yang lebih rendah dibanding tingkat konsumsi negara maju mencapai hingga 120 kg per kapita per tahun, PT. Krakatau Steel yakin konsumsi baja nasional meningkat seiring percepatan pembangunan infrastruktur. (FOTO ANTARA/Muhammad Iqbal)
Cilegon, Banten (ANTARA News) - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berencana meningkatkan penjualan di 2018 dengan menaikkan volume penjualan sebesar 40 persen menjadi 2,8 juta ton.
Menurut Wakil Presiden Senior Sekretaris Perusahaan PT Krakatau Steel, Suriadi Arif, di Cilegon, Kamis, rencana kenaikan penjualan ini seiring proyeksi keperluan baja domestik yang juga terus meningkat.
Pada 2016 kebutuhan baja dalam negeri baru mencapai 12,7 juta ton. Kebutuhan ini diproyeksikan akan terus meningkat pada tahun mendatang, rata-rata peningkatan 1 juta ton baja setiap tahun.
Suriadi mengatakan, pada 2016, harga baja mulai membaik yang terus berlanjut pada 2017, serta akan berlanjut di 2018.
BUMN berkode bursa KRAS ini berencana terus memperbaiki kinerja secara berangsur, yang didorong perbaikan harga baja secara signifikan sejak dua tahun terakhir.
"Kalau sejak 2011 sampai 2015 harga baja terus turun. Maka harga HRC CFR domestik di Desember 2017 sudah mencapai 562 dolar AS per metrik ton naik tajam 260 persen dari Desember 2015 yang hanya mencapai 216 dolar AS per metrik ton," kata dia.
Meski demikian, tekanan terhadap harga pokok produksi masih cukup terpengaruh dari biaya energi yang tinggi, di antaranya gas dan listrik.
Untuk menjaga keseimbangan tersebut produsen baja Krakatau Steel melakukan pola operasi dengan menerapkan strategi make or buy, yaitu tetap menjalankan pabrik penghasil semi finished product dikombinasikan dengan pola pengadaan bahan baku semi finished product impor yang kompetitif.
"Strategi operasi ini menimbulkan optimisme bahwa perusahaan akan meraih laba pada 2018," kata Arif.
Menurut Wakil Presiden Senior Sekretaris Perusahaan PT Krakatau Steel, Suriadi Arif, di Cilegon, Kamis, rencana kenaikan penjualan ini seiring proyeksi keperluan baja domestik yang juga terus meningkat.
Pada 2016 kebutuhan baja dalam negeri baru mencapai 12,7 juta ton. Kebutuhan ini diproyeksikan akan terus meningkat pada tahun mendatang, rata-rata peningkatan 1 juta ton baja setiap tahun.
Suriadi mengatakan, pada 2016, harga baja mulai membaik yang terus berlanjut pada 2017, serta akan berlanjut di 2018.
BUMN berkode bursa KRAS ini berencana terus memperbaiki kinerja secara berangsur, yang didorong perbaikan harga baja secara signifikan sejak dua tahun terakhir.
"Kalau sejak 2011 sampai 2015 harga baja terus turun. Maka harga HRC CFR domestik di Desember 2017 sudah mencapai 562 dolar AS per metrik ton naik tajam 260 persen dari Desember 2015 yang hanya mencapai 216 dolar AS per metrik ton," kata dia.
Meski demikian, tekanan terhadap harga pokok produksi masih cukup terpengaruh dari biaya energi yang tinggi, di antaranya gas dan listrik.
Untuk menjaga keseimbangan tersebut produsen baja Krakatau Steel melakukan pola operasi dengan menerapkan strategi make or buy, yaitu tetap menjalankan pabrik penghasil semi finished product dikombinasikan dengan pola pengadaan bahan baku semi finished product impor yang kompetitif.
"Strategi operasi ini menimbulkan optimisme bahwa perusahaan akan meraih laba pada 2018," kata Arif.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: