Harga karet naik menjadi Rp7.000
25 Januari 2018 15:59 WIB
Arsip: Petani menyadap getah karet di Desa Krueng No, kecamatan Sampoinet, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh, Sabtu (23/9/2017). (ANTARA FOTO/Ampelsa)
Pangkalpinang (ANTARA News) - Harga karet di tingkat pedagang pengumpul di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, naik menjadi Rp7 ribu dari sebelumnya Rp5 ribu per kilogram.
"Harga karet kembali naik karena permintaan pabrik pengolahan karet kering di Bangka meningkat," ujar salah seorang pedagang pengumpul karet di Pangkalpinang, Muin, Kamis.
Ia menjelaskan, kenaikan harga karet berdampak langsung pada transaksi yang kembali meningkat.
Transaksi sebelumnya sempat sepi karena harga turun drastis menjadi Rp5 ribu dari Rp12 ribu per kilogram.
"Saat ini karet basah yang berhasil dikumpulkan mencapai 400 kilogram per hari jika dibandingkan sebelumnya hanya berkisar 100 hingga 200 kilogram," ujarnya.
Ia mengatakan kenaikan harga karet tidak diketahui secara pasti, namun yang jelas permintaan pabrik akan karet kembali meningkat.
"Murahnya harga karet di tingkat pedagang pengumpul akhir tahun 2017 lalu memukul ekonomi petani karet," ujarnya.
Menurut dia, saat ini petani berlomba-lomba mengembangkan perkebunan karet karena prospeknya cukup menjanjikan, terlebihnya pengelolaan perkebunan ini cukup murah jika dibanding komoditas lainnya seperti lada dan sawit yang membutuhkan biaya besar.
"Saat ini sebagian besar ekonomi keluarga petani bergantung dari hasil penjualan getah karet. Apabila harga karet turun akan berdampak langsung pada daya beli petani di pasar," ujarnya.
Ia berharap harga karet kembali membaik sehingga petani semakin bersemangat mengembangkan perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
"Diperkirakan harga karet akan kembali membaik seiring meningkatnya permintaan pabrik dan eksportir karet kering," ujarnya.
"Harga karet kembali naik karena permintaan pabrik pengolahan karet kering di Bangka meningkat," ujar salah seorang pedagang pengumpul karet di Pangkalpinang, Muin, Kamis.
Ia menjelaskan, kenaikan harga karet berdampak langsung pada transaksi yang kembali meningkat.
Transaksi sebelumnya sempat sepi karena harga turun drastis menjadi Rp5 ribu dari Rp12 ribu per kilogram.
"Saat ini karet basah yang berhasil dikumpulkan mencapai 400 kilogram per hari jika dibandingkan sebelumnya hanya berkisar 100 hingga 200 kilogram," ujarnya.
Ia mengatakan kenaikan harga karet tidak diketahui secara pasti, namun yang jelas permintaan pabrik akan karet kembali meningkat.
"Murahnya harga karet di tingkat pedagang pengumpul akhir tahun 2017 lalu memukul ekonomi petani karet," ujarnya.
Menurut dia, saat ini petani berlomba-lomba mengembangkan perkebunan karet karena prospeknya cukup menjanjikan, terlebihnya pengelolaan perkebunan ini cukup murah jika dibanding komoditas lainnya seperti lada dan sawit yang membutuhkan biaya besar.
"Saat ini sebagian besar ekonomi keluarga petani bergantung dari hasil penjualan getah karet. Apabila harga karet turun akan berdampak langsung pada daya beli petani di pasar," ujarnya.
Ia berharap harga karet kembali membaik sehingga petani semakin bersemangat mengembangkan perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
"Diperkirakan harga karet akan kembali membaik seiring meningkatnya permintaan pabrik dan eksportir karet kering," ujarnya.
Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: