Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Pilot Garuda mengeluhkan sistem baru pengaturan dan pergantian jadwal kerja awak pesawat yang dinilai mengganggu operasional penerbangan sehingga mengakibatkan seringnya penundaan "delay" keberangkatan pesawat.

Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Bintang Hardiono, Selasa menyampaikan dampak dari perpindahan dari sistem lama yang menggunakan Crewlink menjadi Sabre pada 2 Desember lalu, bertepatan dengan "peak season" (puncak liburan), mengakibatkan banyak pesawat yang delay dan hilangnya kepercayaan penumpang menggunakan maskapai tersebut.

"Kami merasa malu terhadap pelayanan penumpang. Ujung dari permasalahan ketika Garuda terjadi `delay` pada Desember. Itu membuat kami seluruh penerbang merasa resah," kata Bintang.

Bintang mengatakan seharusnya perpindahan sistem pengaturan jadwal kerja kru tidak dilakukan saat "peak season", melainkan "low season" sehingga tidak berdampak pada pelayanan penumpang. Selain itu, perusahaan perlu menyiapkan rencana cadangan jika sistem baru mulai mengganggu kegiatan operasional.

Menurut dia, kesalahan dalam pengelolaan awak pesawat tersebut terjadi salah satunya karena posisi direksi di tubuh perusahaan tersebut bukan berasal dari direksi profesional yang berasal dari kalangan internal Garuda.

"Garuda ini dikelola oleh orang yang tidak tahu `airline business` akhirnya tidak bisa mengelola SDM dengan baik. Kalau orang Garuda yang tahu masalah penerbangan, mungkin tidak seperti ini," ungkapnya.

Ada pun sistem Sabre diklaim dapat menyempurnakan pelacakan pesawat, kontrol dan pencegahan gangguan serta operasi manajemen awak kabin.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Serikat Pekerja Garuda Indonesia (Sekarga) Ahmad Irfan menjelaskan sistem Sabre tersebut justru belum sempurna untuk dioperasikan.

"Sistem ini ternyata belum sempurna. Kalau sistem lama, penerbangannya `cancel` maka krunya terlihat tidak bergerak. Ini pesawatnya tidak bergerak, krunya bergerak sehingga jadwalnya berantakan," kata Ahmad.