Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah investor swasta menyatakan minatnya membeli kilang bekas milik PT Humpuss Pengolahan Minyak yang kini dikelola PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Wakil Kepala Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Abdul Muin, di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa perusahaan swasta itu akan mengaktifkan kembali kilang yang selama ini tidak digunakan. "Tapi, saya tidak tahu perusahaan swasta mana yang mau hidupkan kilang itu. Saya cuma dengar ada yang minat," katanya. Menurut Muin, kilang berkapasitas 20.000 barel per hari tersebut bisa dimanfaatkan untuk mempercepat produksi minyak Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, mengingat letaknya yang berdekatan. Nantinya, lanjutnya, akan dibangun pipa sepanjang 28 km dari Lapangan Banyuurip ke kilang tersebut. "Saat ini, sedang dipelajari kelayakannya," kata Muin. Menanggapi minat tersebut, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro, menyambut baik keinginan investor yang menyatakan minatnya mengelola kilang tersebut. "Kami senang kalau itu bisa dimanfaatkan," katanya. Namun, Purnomo minta pengelola kilang tetap memberi kesempatan agar bisa digunakan bagi pendidikan dan latihan (diklat). Kilang milik Humpuss yang berlokasi di Cepu tepatnya berada di kawasan yang dikelola Pusdiklat Migas Jateng. Konstruksinya selesai dibangun perusahaan Amerika Serikat yaitu Ventech Engineers Inc pada April 1998, sedangkan operasional belum dilaksanakan karena belum ada pasokan minyak dari PT Humpuss Patragas. Kilang tersebut dibangun setelah penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Minyak-Gas (Pusdiklat Migas) pada 16 Desember 1996. MoU itu menyebutkan setelah 25 tahun berproduksi komersial akan diserahkan kepada Pusdiklat Migas sebagai kompensasi dari penyediaan lahan, tenaga kerja serta penggunaan beberapa fasilitas. Sementara itu, Dirut PT Pertamina EP Cepu, Hestu Bagyo, mengatakan bahwa saat ini pihaknya akan memulai pemboran dua sumur minyak Lapangan Banyuurip pada 10 Juli 2007. Saat ini, lanjutnya, pihaknya masih melakukan proses mendatangkan peralatan rig berkapasitas 1.500 "horse power" milik perusahaan Century dari Merak, Banten. "Sudah masuk 20 kontainer ke lokasi," katanya. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meminta pengelola Blok Cepu segera bisa memproduksikan minyak mulai 2008. Sesuai hasil kajian Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Departemen ESDM, percepatan produksi Lapangan Banyuurip menggunakan fasilitas milik Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina dengan tingkat produksi 10.000 barel per hari pada akhir 2008. Pengelola juga sudah mulai melakukan pembebasan tanah seluas 500 hektare guna memuluskan percepatan produksi akhir 2008. Lapangan Banyuurip diperkirakan dapat mencapai puncak produksi 165.000 barel per hari. Kontrak Kerja Sama (KKS) Blok Cepu ditandatangani pemerintah dengan Komite Operasi Bersama ExxonMobil dan Pertamina pada 17 September 2005. Mobil Cepu Ltd, anak perusahaan ExxonMobil, yang menguasai saham 25,5 persen bertindak sebagai operator Blok Cepu. Saham lainnya dimiliki Pertamina EP Cepu, anak perusahaan Pertamina, sebesar 50 persen dan Ampolex (Cepu) Pte Ltd 24,5 persen. (*)