Jakarta (ANTARA News) - Analis dan Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed mengatakan, investor tidak mencemaskan "shutdown" atau penghentian sementara operasional pemerintahan Amerika Serikat akibat tidak tercapai kesepakatan anggaran dengan parleman.
"Walaupun situasi ini menjadi pembahasan besar di media, namun investor sepertinya tidak terlalu khawatir atas dampaknya terhadap investasi," kata Hussein Sayed, Selasa.
Menurut dia, hal yang terjadi menyiratkan bahwa pasar finansial semakin kebal menghadapi drama politik yang terjadi di negara adidaya di bawah pemerintahan Donald Trump.
Ia memprediksi bahwa drama "shutdown" tersebut akan segera berakhir.
Hal tersebut karena terakhir kali pemerintah AS mengalami "shutdown" pada 2013 selama 16 hari, ekonomi AS harus kehilangan 24 miliar dolar AS.
Di tempat terpisah, Bank Indonesia meyakini berhenti beroperasinya sebagian layanan publik di Amerika Serikat hanya berdampak kecil dan sementara ke Indonesia.
Gubernur BI Agus Martowardojo di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa mengatakan setelah "shutdown", tidak semua layanan dari pemerintah AS berhenti beroperasi. Pemerintah dan Senat AS juga tidak akan membiarkan "shutdown" tersebut terjadi lama.
Investor tak cemaskan shutdown pemerintahan AS
23 Januari 2018 13:46 WIB
Seorang pria melintas di sekitar papan elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay) ()
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: