Berlin (ANTARA News) - Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Minggu, menyatakan, mereka ingin memperdalam kerja sama Franco-Jerman dan memberi Uni Eropa dorongan baru menuju integrasi yang lebih erat.

"Kami melakukan itu untuk membawa orang-orang di negara kami lebih dekat lagi. Dan kami melakukannya untuk memberi dorongan baru bagi seluruh Eropa, untuk membuatnya lebih kuat lagi," kata Merkel dalam video bersama saat negara-negara itu mempersiapkan diri mengesahkan paket bilateral baru.

Setelah bertemu di Paris pada Jumat, Merkel dan Macron mengemukakan prospek untuk menyetujui reformasi di zona euro, dengan mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk memperkuat blok tersebut.

Salah satu isu utama yang menjadi sumber perpecahan di antara negara-negara Uni Eropa adalah isu migran.

Badan perbatasan Eropa memperkirakan peningkatan lebih lanjut jumlah pendatang gelap ke Spanyol melalui laut pada tahun ini setelah angkanya meningkat dua kali lipat pada 2017, seiring dengan penggunaan kapal cepat.

Sekitar 22.900 orang terlacak saat mencapai Spanyol melalui Maroko atau Aljazair pada tahun lalu, meningkat dari jumlah 10.231 pada 2016. Kenaikan itu adalah peningkatan tajam, yang didorong perpindahan dari kedua negara Afrika utara tersebut.

Direktur badan perbatasan Frontex Fabrice Leggeri mengatakan bahwa sementara kedatangan di Italia dan Yunani melalui Libya menurun, jumlah yang menggunakan jalur tersebut tetap di atas dari jumlah yang menuju ke Spanyol dan tidak ada tanda perubahan besar.

"Perantau ekonomi tidak ingin berakhir di sebuah negara (Libya) tempat terjadi bentrokan di antara kelompok bersenjata. Ada yang mempertimbangkan untuk menemukan jalur lain," kata Leggeri kepada Reuters.

"Tapi, jumlahnya (kecil) tidak memungkinkan untuk mengatakan ada perpindahan," katanya.

Badan perbatasan Uni Eropa memantau dengan seksama apakah ada pergeseran, katanya, dengan melihat negara-negara seperti Niger dimana migran dapat memilih untuk pergi melalui Libya ke Italia atau melalui bagian utara atau barat Afrika ke Spanyol.

Masalah di wilayah utara Maroko, bersamaan dengan membaiknya situasi ekonomi Spanyol telah berperan dalam meningkatnya kedatangan migran ilegal ke semenanjung Iberia, namun ada juga warga sub-Sahara yang menyeberang di sana, kata Leggeri sebelumnya pada sebuah konferensi pers.

Hampir 40 persen migran yang dicegat saat menyeberang melalui laut ke Spanyol adalah warga Aljazair dan Maroko, menurut data Frontex.

"Arus yang tiba dari negara-negara Maghreb ke Spanyol sangat mungkin meningkat (pada 2018)," kata Leggeri, dengan menambahkan bahwa kapal cepat, yang juga terkait dengan perdagangan narkoba, digunakan untuk memindahkan pendatang.

Frontex sedang menyelesaikan rencana agar operasi perbatasan di Mediterania barat, yang sejauh ini hanya bekerja di musim panas, berfungsi secara permanen, dengan penggunaan pengawasan udara yang meningkat, katanya.

Pada pekan lalu, pihak berwenang di Libya bagian timur mengatakan telah menangkap dan akan mendeportasi 81 migran dari Eritrea, Ethiopia, dan Somalia yang telah melarikan diri dari penyelundup manusia setelah gagal mencapai Eropa.