Malaysia yakinkan keamanan minyak sawit ke Eropa
18 Januari 2018 20:20 WIB
Dokumentasi Seorang petugas dari perusahaan Sime Darby Plantation menunjukkan produk palm biodiesel di Pulau Carey, Negeri Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (1/11/2012). Palm biodisel adalah salah satu dari sekitar 150 produk Sime Darby yang menghasilkan produk turunan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk bahan baku pangan dan non-pangan yang berlokasi di Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Belanda, dan Afrika Selatan. (FOTO ANTARA/Ahmad Subaidi)
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Malaysia akan meningkatkan usahanya untuk memberi penjelasan mengenai industri minyak sawit kepada para menteri di Eropa dan Uni Eropa (EU) sebelum mereka memutuskan mengenai pelarangan komoditi terkait dalam program bio diesel mulai 2021.
"Kami akan membuat penjelasan melanjutkan 16 kedutaan Malaysia di Eropa selain menghubungi pejabat-pejabat anggota Uni Eropa di sini untuk memastikan semua fakta, informasi tepat mengenai minyak sawit selain bantahan kita terhadap larangan tersebut disampaikan kepada mereka," kata Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Datuk Seri Mah Siew Keong usai Seminar Evaluasi dan Prospek Ekonomi Minyak Sawit, di Malaysia, Kamis.
Mah Siew Keong berkata sebelum larangan tersebut sah sebagai undang-undang perlu melalui dua proses yang merupakan persetujuan parlemen atau menteri EU selain Uni Eropa.
Dia mengatakan keputusan Parlemen Uni Eropa mengenai pelarangan penggunaan minyak sawit dalam bio diesel sebagai "hari hitam" terhadap perdagangan bebas karena dia mendiskriminasi minyak sawit.
"Ini bukan mengenai isu keberlanjutan, sebaliknya lebih kepada diskriminasi terhadap minyak sawit, bagaimana mereka menyalahkan minyak sawit atas segala-galanya? Ini bukan mengenai penebangan hutan dan apa sekali pun, namun lebih kepada dasar perlindungan terhadap petani Eropa," katanya.
Dia mengatakan sikap wajar diberikan terhadap minyak sayuran lain yang digunakan dalam campuran bio diesel di Eropa seperti "grapeseed" sebaliknya parlemen Uni Eropa senantiasa bersikap anti-sawit.
Walaupun kecewa dengan perkembangan ini, dia mengatakan Malaysia dan negara penghasil minyak sawit lain akan meningkatkan usaha untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perkebunan kelapa sawit.
Pada April 2017, 640 anggota parlemen Eropa memilih untuk melarang penggunaan minyak kelapa sawit dalam bio diesel, namun pada musyawarah parlemen Rabu malam (17/1), jumlah pemilih yang menyetujui larangan itu berkurang menjadi 429 anggota.
Dia mengatakan sepertiga atau kira-kira 600,000 ton dari dua juta ton minyak sawit dan produk sawit yang diekspor ke Uni Eropa digunakan untuk bio diesel dan Uni Eropa mengimpor 215.000 ton biodiesel secara langsung dari Malaysia.
"Permintaan keseluruhan Uni Eropa atas biodiesel berasaskan minyak sawit berjumlah 2.8 juta ton, dengan Malaysia memberikan 800,000 metrik ton dan sisa dua juta ton lagi dari Indonesia," katanya.
"Kami akan membuat penjelasan melanjutkan 16 kedutaan Malaysia di Eropa selain menghubungi pejabat-pejabat anggota Uni Eropa di sini untuk memastikan semua fakta, informasi tepat mengenai minyak sawit selain bantahan kita terhadap larangan tersebut disampaikan kepada mereka," kata Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Datuk Seri Mah Siew Keong usai Seminar Evaluasi dan Prospek Ekonomi Minyak Sawit, di Malaysia, Kamis.
Mah Siew Keong berkata sebelum larangan tersebut sah sebagai undang-undang perlu melalui dua proses yang merupakan persetujuan parlemen atau menteri EU selain Uni Eropa.
Dia mengatakan keputusan Parlemen Uni Eropa mengenai pelarangan penggunaan minyak sawit dalam bio diesel sebagai "hari hitam" terhadap perdagangan bebas karena dia mendiskriminasi minyak sawit.
"Ini bukan mengenai isu keberlanjutan, sebaliknya lebih kepada diskriminasi terhadap minyak sawit, bagaimana mereka menyalahkan minyak sawit atas segala-galanya? Ini bukan mengenai penebangan hutan dan apa sekali pun, namun lebih kepada dasar perlindungan terhadap petani Eropa," katanya.
Dia mengatakan sikap wajar diberikan terhadap minyak sayuran lain yang digunakan dalam campuran bio diesel di Eropa seperti "grapeseed" sebaliknya parlemen Uni Eropa senantiasa bersikap anti-sawit.
Walaupun kecewa dengan perkembangan ini, dia mengatakan Malaysia dan negara penghasil minyak sawit lain akan meningkatkan usaha untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perkebunan kelapa sawit.
Pada April 2017, 640 anggota parlemen Eropa memilih untuk melarang penggunaan minyak kelapa sawit dalam bio diesel, namun pada musyawarah parlemen Rabu malam (17/1), jumlah pemilih yang menyetujui larangan itu berkurang menjadi 429 anggota.
Dia mengatakan sepertiga atau kira-kira 600,000 ton dari dua juta ton minyak sawit dan produk sawit yang diekspor ke Uni Eropa digunakan untuk bio diesel dan Uni Eropa mengimpor 215.000 ton biodiesel secara langsung dari Malaysia.
"Permintaan keseluruhan Uni Eropa atas biodiesel berasaskan minyak sawit berjumlah 2.8 juta ton, dengan Malaysia memberikan 800,000 metrik ton dan sisa dua juta ton lagi dari Indonesia," katanya.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: