Jakarta (ANTARA News) - Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Abu Bakar Ba`asyir (Ustadz Abu), mengatakan bahwa di Indonesia tidak ada teroris, yang ada hanya kontra-teroris. "Tidak ada teroris di Indonesia, yang ada hanya kontrateroris. Mereka membela umat Islam yang diteror di luar negeri, dalam rangka melawan Amerika Serikat," kata Ustad Abu di Gedung Dewan Dakwah Islam Indonesia (DII) Jakarta, Selasa. Ustad Abu mengatakan, mereka yang melakukan pengeboman di Indonesia merupakan cara yang keliru karena dilakukan pada tempat yang salah. "Mereka patut ditiru karena tujuannya ikhlas, hanya saja perhitungannya terlalu emosi sehingga kekeliruannya fatal sekali yaitu, ngebom di wilayah aman, tidak di daerah konflik senjata," kata Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ngruki, Solo ini. Ustad Abu mengatakan, dengan kekeliruan mengebom di daerah aman itu lah, orang yang tidak salah terkena imbasnya. "Namanya mujahid, bukan nabi, jadi bisa saja keliru. Tapi kekeliruan itu, tidak boleh dijadikan alasan umat Islam ikut menuduh mereka sebagai teroris," katanya. Ustad menegaskan bahwa Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror perlu dibubarkan, karena jika diperpanjang, akan menimbulkan fitnah. "Densus 88 adalah antek Amerika, perpanjangan tangan," demikian Abu Bakar Ba`asyir. Dalam kesempatan sama Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) Al Khaththath mengatakan, ada stigmatisasi secara tidak proporsional yang mengidentikkan terorisme dengan Islam dan umat Islam. Oleh karena itu, FUI menuntut Pemerintah Indonesia dan seluruh aparat keamanannya menghentikan kerjasama atau apapun namanya dengan Amerika Serikat dan program "global war on terrorism". FUI juga menuntut Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kapolri untuk membubarkan Densus 88, melepaskan dan merehabilitasi serta memberikan ganti rugi seluruh tahanan yang dituduh terorisme. (*)