Bengkulu (ANTARA News) - Abrasi yang melanda jalur Jalan Lintas Barat (Jalinbar) di wilayah Kabupaten Mukomuko, terutama pada poros Air Dikit-Kota Mukomuko berpotensi terus meluas, karena kawasan hutan penyangga di seikitarnya mulai dialihfungsikan. Keterangan yang diperoleh di lapangan, Selasa, menyebutkan kawasan hutan penyangga air laut yang mulai dialihfungsikan itu antara lain kawasan Taman Wisata Batung Badoro. Di lokasi itu kini sudah ada kegiatan usaha pembuatan kolam pemancingan yang diduga dilakukan oleh pejabat setempat. "Kolam pemancingan yang sedang dibuat itu milik pejabat," kata salah seorang warga setempat yang enggan ditulis identitasnya saat ditemui di lapangan. Pantauan di lapangan, lahan yang sudah digali itu berada di depan jalan masuk ke Taman Wisatan Batung Bandoro. Di dekatnya juga telah dibangun pondok (bangunan kecil). Jarak kolam itu dengan dengan garis pantai sekitar 100 meter, atau dekag dengan lokasi Jalinbag yang beberapa waktu lalu runtuh akibat diterjang gelombang pasang. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mukomuko Ir Risyam Anwar secara terpisah mengatakan, kawasan hutan pantai di daerah itu sama sekali tidak boleh diganggu, karena sebagai penyangga air laut. "Apabila kawasan hutan itu sudah beralih fungsi, maka dampaknya akan terjadi abrasi secara besar-besaran," katanya. Ia mencontohkan, Jalinbar sepanjang 200 meter yang berada dipinggir kawasan perkebunan PT AGro Muko setempat terputus akibat abrasi pantai. Abrasi itu bisaa meluas dan akan memutuskan jalur jalinbar poros Air Dikit-Kota Mukomuko yang panjangnya sekitar 25 KM, jika hutan penyangganya sudah dirambah. "Kami mengharapkan pengrusakan kawasan hutan disepanjang garis pantai dihentikan, demi keselamatan umat manusia, satwa dan masa depan anak cucu," katanya. Ketika ditanya terkait keterlibatan pejabat dalam perambahan hutan wisata itu, ia engan berkomentar. Kepala Penaggung Jawab Kegiatan (PK) Jalinbar Bengkulu Azwar Burhan sebelumnya mengatakan, kerusakan Jalinbar itu akibat gundulnya kawaan hutan penyanggah air laut di wilayah itu. Dampaknya antara lain sudah memutuskan poros jalinbar Air Dikit-Kota Mukomuko antara STA 253+100-255+500 (1,2) KM, seluruh badan jalannya sudah longsor akibat kikisan air laut, padahal sebelumnya masih berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai. Menurut dia, penanggulangan darurat dilakukan dengan mengambil areal pagar kebun kelapa sawit milik PT Argo Muko setempat dengan lebar lima meter dan kini mulai dipasang batu koral. Pada 2007 jalan yang berkoral itu akan ditingkatkan menjadi aspla beton (hotmix). "Kita minta pada masyarakat agar kawasan hutan yang ada di pertahankan keasliannya, sedangkan yang sduah terlajur rusak kembali dihijaukan secara bergotong royong," katanya.(*)