Kota Vatikan (ANTARA News) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan mengunjungi Paus Fransiskus di Vatikan bulan depan untuk melakukan serangkaian pembicaraan yang kemungkinan akan fokus pada keputusan kontroversial Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Pemimpin Turki dan kepala Gereja Katolik Roma itu sama-sama menentang keras langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada akhir tahun lalu untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Kunjungan pertama Erdogan ke Vatikan akan dimulai 5 Februari menurut keterangan Vatikan yang dikutip AFP. Kunjungan itu dilakukan menyusul percakapan telepon antara kedua pemimpin, yang punya keprihatinan sama mengenai krisis tersebut dan sepakat bahwa status quo harus tetap ada.

Paus asal Argentina itu bertemu dengan Erdogan dalam lawatannya ke Turki pada November 2014. Kunjungan Erdogan ke Vatikan akan menjadi yang pertama presiden Turki sejak 1959.

Erdogan telah menyatakan harapannya untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan Uni Eropa setelah tidak akur pada 2017, terlepas adanya kekhawatiran dalam pelanggaran hak asasi manusia di Turki, terutama selama tindakan keras menyusul kudeta gagal pada Juli 2016.

Paus Fransiskus berulang kali memuji upaya Turki menampung pengungsi Suriah dan mengatakan bahwa negara itu bisa menjadi "pendamai hebat" namun memperingatkan bahwa dia menentang "fanatisme dan fundamentalisme."

Namun hubungan keduanya tidak selalu tenang. Ketegangan meningkat pada 2016 ketika Paus mengecam pembunuhan orang Armedia pada Perang Dunia I sebagai genosida, membuat marah Turki.

Orang Armenia sudah lama mengupayakan pengakuan internasional bahwa pembunuhan itu adalah genosida, namun Turki-- negara penerus Kerajaan Ottoman-- berpendapat bahwa itu adalah tragedi kolektif di mana baik warga Turki maupun Armenia sama-sama terbunuh, demikian menurut siaran kantor berita AFP.(hs)