Bangladesh-Myanmar sepakat tuntaskan repatriasi Rohingya dalam dua tahun
17 Januari 2018 06:44 WIB
Pengungsi Rohingya berjalan menuju sebuah kamp pengungsi setelah menyebrangi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Palong Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, Jumat (3/11/2017). (REUTERS/Hannach McKay)
Dhaka/Yangon (ANTARA News) - Bangladesh dan Myanmar, kemarin, sepakat dalam waktu dua tahun menuntaskan pemulangan ratusan ribu pengungsi Rohingya yang kabur tahun lalu guna menghindari kejaran tentara Myanmar.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan badan penggungsi PBB (UNHCR), menanggapi rencana kedua negara itu dengan mengungkapkan kekhawatiran mereka atas repatriasi paksa 650.000 warga Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh setelah konflik pecah di negara bagian Rakhine Agustus tahun lalu.
Para menteri luar negeri Myanmar dan Bangladesh menyatakan Bangladesh akan membangun lima kamp transit di sisi perbatasan kedua negara.
Kelima kamp itu akan memulangkan Rohingya ke dua pusat penampungan di Myanmar. Proses repatriasi dimulai Selasa pekan depan, umum kedua negara.
Myanmar menyatakan akan membangun sebuah kamp transit yang bisa ditinggali 30.000 pengungsi.
Bangladesh menyatakan, "Myanmar telah menandaskan lagi komitmennya untuk menghentikan arus warga Myanmar ke Bangladesh."
Namun Guterres menyatakan UNHCR tidak terlibat langsung dalam kesepakatan antara kedua negara itu.
"Akan sangat penting jika UNHCR dilibatkan secara penuh dalam operasi itu demi memastikan operasi tersebut mematuhi standard-standard internasional," kata Guterres seperti dikutip Reuters.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan badan penggungsi PBB (UNHCR), menanggapi rencana kedua negara itu dengan mengungkapkan kekhawatiran mereka atas repatriasi paksa 650.000 warga Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh setelah konflik pecah di negara bagian Rakhine Agustus tahun lalu.
Para menteri luar negeri Myanmar dan Bangladesh menyatakan Bangladesh akan membangun lima kamp transit di sisi perbatasan kedua negara.
Kelima kamp itu akan memulangkan Rohingya ke dua pusat penampungan di Myanmar. Proses repatriasi dimulai Selasa pekan depan, umum kedua negara.
Myanmar menyatakan akan membangun sebuah kamp transit yang bisa ditinggali 30.000 pengungsi.
Bangladesh menyatakan, "Myanmar telah menandaskan lagi komitmennya untuk menghentikan arus warga Myanmar ke Bangladesh."
Namun Guterres menyatakan UNHCR tidak terlibat langsung dalam kesepakatan antara kedua negara itu.
"Akan sangat penting jika UNHCR dilibatkan secara penuh dalam operasi itu demi memastikan operasi tersebut mematuhi standard-standard internasional," kata Guterres seperti dikutip Reuters.
Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018
Tags: