Manila (ANTARA News) - Filipina memerintahkan pengungsian paksa dari dua kota lagi di dekat gunung berapi yang bergolak, Senin, setelah kepala ahli vulkanologi memperingatkan kemungkinan letusan berbahaya terjadi dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari.

Lebih dari 12.000 penduduk melarikan diri ke pusat pengungsian setelah gunung berapi Mayon, setinggi 2.462 meter, di tengah Provinsi Albay, memuntahkan abu Sabtu pekan lalu untuk mengeluarkan lumpur dan bebatuan terbakar keesokan harinya.

"Pengungsian paksa terus berlanjut dari kota Daraga dan Legazpi akibat aliran lahar," kata Romina Marasigan, juru bicara Dewan Pengurangan Bahaya dan Penanganan Bencana Negara, kepada wartawan, seperti dikutip Reuters.

"Aliran lahar mencapai beberapa daerah sekitar tiga kilometer dari gunung berapi tersebut," sambung dia.

Gunung Mayon, tujuan wisata karena bentuk kerucutnya nyaris sempurna, menunjukkan pancaran kawah yang terang, Minggu, yang menandakan lahar mulai mengalir dari kawah itu.

Petugas bandar udara Manila mengatakan maskapai penerbangan Cebu Pacific telah membatalkan penerbangan ke Kota Legazpi di dekatnya untuk hari kedua pada Senin, dengan alasan cuaca buruk, sedangkan Philippine Airlines tidak membatalkan penerbangan ke dan dari Legazpi, namun beberapa jadwal penerbangan ditunda.

Letusan Gunung Mayon paling dahsyat terjadi Februari 1841 ketika lahar mengubur sebuah kota dan menewaskan 1.200 orang. Gunung ini terakhir meletus pada 2014 untukmemuntahkan lahar dan memaksa ribuan orang mengungsi.

(KR-DVI/B002)