KPPU sebut pedagang klasifikasikan sendiri jenis berasnya
13 Januari 2018 18:19 WIB
Direktur Tipideksus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung Setya (kiri) didampingi Kasubdit Industri dan Perdagangan Dittipideksus Bareskrim Polri Kombes Hengki Heriyadi (kanan) memberikan keterangan kepada media tentang kasus PT Indo Beras Unggul (IBU) yang terindikasi melakukan kecurangan kualitas produk beras di Bareskrim, Mabes Polri,, Jakarta, Kamis (25/8/2017). PT IBU diduga melakukan kecurangan bisnis dengan memanipulasi beras subsidi menjadi beras premium dan melakukan pelanggaran Undang-Undang Pangan. (ANTARA/Reno Esnir) ()
Makassar (ANTARA News) - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam pemantauannya di sejumlah pedagang beras di Makassar ini menemukan banyak beras dikelompokkan berdasarkan jenisnya tanpa ada ketentuan atau standar mutu.
"Ternyata, beberapa kali kita sidak dan tadi sore kita sidak di lima pedagang, semua kita tanya siapa yang menentukan ini beras premium dan ini beras medium, si pedagangnya sendiri," kata Kepala Perwakilan Daerah (KPD) KPPU Makassar, Ramli Simanjuntak, Sabtu.
Dijelaskannya, setiap pedagang yang ditemuinya itu mengaku jika beras yang dibeli dari para pengumpul dalam jumlah yang banyak tidak dalam pengklasifikasian beras medium dan premium.
Karena berdasarkan keterangan para pedagang, beras yang dibeli dari para pengumpul, ada yang memang sudah diklasifikan premium dan ada juga medium.
Beras yang telah diolah oleh pengumpul, kata Ramli, itu sudah dipisah di mana ada yang warnanya lebih cerah dan ada juga beras masih tercampur dengan debu-debu gabah.
"Kan kita tanyakan kepada pedagangnya, ini beras premium dan medium di mana perbedaannya dan bagaimana caranya membedakan. Ternyata, ada pedagang yang mengaku kalau beras yang telah diolah dan dibersihkan itu masuk premium dan lainnya itu medium," ujarnya.
Ia menyebutkan, para pedagang beras di perkotaan, membeli beras dalam jumlah banyak kepada pengumpul. Kemudian, membeli lagi karung beras plastik yang sudah terklasifikasi berdasarkan jenisnya seperti premium dan medium.
Selanjutnya, para pedagang kemudian mengolah dan memilah-milah beras yang dibelinya dari para pengumpul dan di masukkan dalam karung bermerek dan berklasifikasi tersebut.
"Ternyata, para pedagang sudah membeli memang itu karungnya yang sudah terklasifikasi medium dan premium. Kemudian para pekerjanya memilah, yang hasilnya maksimal itu dikelompokkan ke premium dan yang biasa ke medium," ucapnya.
Karenanya, dirinya mempertanyakan indikator-indikator pengklasifikasian beras tersebut dan lembaga apa yang harusnya menentukan jenis beras tersebut, apalagi harga antara beras medium dan premiun cukup jauh selisihnya.
"Ternyata, beberapa kali kita sidak dan tadi sore kita sidak di lima pedagang, semua kita tanya siapa yang menentukan ini beras premium dan ini beras medium, si pedagangnya sendiri," kata Kepala Perwakilan Daerah (KPD) KPPU Makassar, Ramli Simanjuntak, Sabtu.
Dijelaskannya, setiap pedagang yang ditemuinya itu mengaku jika beras yang dibeli dari para pengumpul dalam jumlah yang banyak tidak dalam pengklasifikasian beras medium dan premium.
Karena berdasarkan keterangan para pedagang, beras yang dibeli dari para pengumpul, ada yang memang sudah diklasifikan premium dan ada juga medium.
Beras yang telah diolah oleh pengumpul, kata Ramli, itu sudah dipisah di mana ada yang warnanya lebih cerah dan ada juga beras masih tercampur dengan debu-debu gabah.
"Kan kita tanyakan kepada pedagangnya, ini beras premium dan medium di mana perbedaannya dan bagaimana caranya membedakan. Ternyata, ada pedagang yang mengaku kalau beras yang telah diolah dan dibersihkan itu masuk premium dan lainnya itu medium," ujarnya.
Ia menyebutkan, para pedagang beras di perkotaan, membeli beras dalam jumlah banyak kepada pengumpul. Kemudian, membeli lagi karung beras plastik yang sudah terklasifikasi berdasarkan jenisnya seperti premium dan medium.
Selanjutnya, para pedagang kemudian mengolah dan memilah-milah beras yang dibelinya dari para pengumpul dan di masukkan dalam karung bermerek dan berklasifikasi tersebut.
"Ternyata, para pedagang sudah membeli memang itu karungnya yang sudah terklasifikasi medium dan premium. Kemudian para pekerjanya memilah, yang hasilnya maksimal itu dikelompokkan ke premium dan yang biasa ke medium," ucapnya.
Karenanya, dirinya mempertanyakan indikator-indikator pengklasifikasian beras tersebut dan lembaga apa yang harusnya menentukan jenis beras tersebut, apalagi harga antara beras medium dan premiun cukup jauh selisihnya.
Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: