LSI : Pembaca Sastra Indonesia capai 6,2 persen
11 Januari 2018 21:20 WIB
Arsip: Peluncuran Buku Sastrawan Kepala Pelaksana Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Aryany Isna Murti (kanan) menyerahkan buku kepada perwakilan salah satu tokoh Sastra, Denny JA, saat peluncuran buku 33 Tokoh Satra Indonesia Paling Berpengaruh di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo) ()
Jakarta (ANTARA News) - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan peminat yang membaca karya sastra Indonesia mencapai 6,2 persen berdasarkan penelitian pada Desember 2017.
"Kurikulum sekolah sebaliknya lebih banyak mendorong siswa membaca sastra," kata Direktur Eksekutif LSI Denny JA di Jakarta Kamis.
Denny mengatakan pembaca sastra cenderung terlibat kegiatan sosial sebesar 65,7 persen dan kelompok tidak membaca sastra mencapai 48,5 persen.
Pembaca sastra yang cenderung berderma untuk lingkungan mencapai 86,5 persen dibanding yang tidak membaca sebanyak 67,7 persen.
Denny mengungkapkan survei tentang minat membaca sastra itu dilakukan terhadap 1.200 responden dengan populasi publik dewasa berusia di atas 17 tahun.
"Yang dipilih berdasarkan metode multi stage random sampling melalui eksplorasi wawancara tatap muka," ujar Denny.
LSI mensurvei di seluruh wilayah Indonesia sebanyak 34 provinsi dari Aceh hingga Papua dengan tingkat kesalahan sebesar kurang lebih 2,8 persen.
Denny menjelaskan temuan LSI itu sama dengan riset yang dilakukan lembaga survei internasional seperti New School of New York City pada 2013 yang menghasilkan kesimpulan sejenis.
"Mereka yang membaca sasta cenderung lebih bisa berempati merasakan pikiran dan perasaan orang lain," tutur Denny.
Namun di Indonesia dari Aceh hingga Papua, peminat yang ingat judul dan nama pengarang mencapai 46,8 persen.
Hasil riset juga menunjukkan tingkat pendidikan sangat signifikan menentukan pernah atau tidak membaca sastra dengan data pendidikan tertinggi mahasiswa hingga SD pernah membaca sastra berbeda dari angka 21,1 persen-dua persen.
Variable lainnya yang berpengaruh yaitu tingkat pendapatan dengan perincian penghasilan di atas Rp2 juta per bulan cenderung membaca sastra sebesar 8,2 persen, penghasilan di atas Rp1 juta per bulan (tujuh persen membaca sastra) dan penghasilannya di bawah Rp1 juta sebulan (3,3 persen membaca sastra).
"Lebih besar penghasilan seseorang, cenderung ia lebih leluasa untuk membaca sastra," ungkap Denny.
"Kurikulum sekolah sebaliknya lebih banyak mendorong siswa membaca sastra," kata Direktur Eksekutif LSI Denny JA di Jakarta Kamis.
Denny mengatakan pembaca sastra cenderung terlibat kegiatan sosial sebesar 65,7 persen dan kelompok tidak membaca sastra mencapai 48,5 persen.
Pembaca sastra yang cenderung berderma untuk lingkungan mencapai 86,5 persen dibanding yang tidak membaca sebanyak 67,7 persen.
Denny mengungkapkan survei tentang minat membaca sastra itu dilakukan terhadap 1.200 responden dengan populasi publik dewasa berusia di atas 17 tahun.
"Yang dipilih berdasarkan metode multi stage random sampling melalui eksplorasi wawancara tatap muka," ujar Denny.
LSI mensurvei di seluruh wilayah Indonesia sebanyak 34 provinsi dari Aceh hingga Papua dengan tingkat kesalahan sebesar kurang lebih 2,8 persen.
Denny menjelaskan temuan LSI itu sama dengan riset yang dilakukan lembaga survei internasional seperti New School of New York City pada 2013 yang menghasilkan kesimpulan sejenis.
"Mereka yang membaca sasta cenderung lebih bisa berempati merasakan pikiran dan perasaan orang lain," tutur Denny.
Namun di Indonesia dari Aceh hingga Papua, peminat yang ingat judul dan nama pengarang mencapai 46,8 persen.
Hasil riset juga menunjukkan tingkat pendidikan sangat signifikan menentukan pernah atau tidak membaca sastra dengan data pendidikan tertinggi mahasiswa hingga SD pernah membaca sastra berbeda dari angka 21,1 persen-dua persen.
Variable lainnya yang berpengaruh yaitu tingkat pendapatan dengan perincian penghasilan di atas Rp2 juta per bulan cenderung membaca sastra sebesar 8,2 persen, penghasilan di atas Rp1 juta per bulan (tujuh persen membaca sastra) dan penghasilannya di bawah Rp1 juta sebulan (3,3 persen membaca sastra).
"Lebih besar penghasilan seseorang, cenderung ia lebih leluasa untuk membaca sastra," ungkap Denny.
Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: