Penggunaan teknologi dorong IKM naik kelas
11 Januari 2018 14:56 WIB
Sekjen Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur (berbaju merah) dan Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri (sebelah kiri Sobur) saat menghadiri diskusi bertajuk “Membangun Strategi Kebijakan untuk Memperkuat Struktur Perekonomian Menuju Pertumbuhan 7-8 Persen Per Tahun: Bagaimana Peluang dan Potensi UMKM dan UKM” di Jakarta, Kamis (11/1). (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)
Jakarta (ANTARA News) - Penggunaan teknologi dinilai mampu mendorong Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Indonesia untuk naik kelas, sehingga bertransformasi menjadi industri besar.
"IKM ini harus diintervensi pemerintah. Diberikan bobot, baik keahlian dan teknologi untuk tumbuh. Pada gilirannya nanti dia bisa membangun kekuatan yang lebih besar dan menggantikan peran asing," kata Sekjen Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Abdul Sobur di Jakarta, Kamis.
Sobur menyampaikan hal itu pada diskusi bertajuk "Membangun Strategi Kebijakan untuk Memperkuat Struktur Perekonomian Menuju Pertumbuhan 7-8 Persen Per Tahun: Bagaimana Peluang dan Potensi UMKM dan UKM".
Menurut Sobur, penggunaan teknologi di beberapa sektor IKM nyatanya mampu menghemat waktu maupun biaya produksi, misalnya pada industri mebel.
Untuk membuat satu buah gebyok tanpa mesin, IKM mebel membutuhkan waktu sekitar tiga bulan dengan dua orang pekerja. Namun dengan mesin berteknologi mumpuni, sebuah gebyok mampu diselesaikan dalam waktu delapan hari dengan satu pekerja.
CEO Kriya Nusantara ini juga menyampaikan perlunya memperluas paradigma bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan daya saing IKM itu sendiri, hingga usaha yang dijalankan meningkat dan pada akhirnya mami menciptakan lapangan kerja baru.
Ia menyampaikan penyempurnaan teknologi pada IKM yang ia pimpin terbukti mampu meningkatkan kapasitas produksi hingga 10 kali lipat hanya dalam waktu delapan tahun, sehingga kini usahanya naik kelas menjadi industri besar.
"Ini memang penyempurnaan teknologi. Kami kerja sama dengan perusahaan Jepang, menerapkan teknologi mereka, manajemen produksi diperbaiki, sehingga bisa naik kelas," ungkap Sobur.
Menurutnya, intervensi teknologi yang didukung peningkatan kapasitas dan kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kelas IKM nasional.
"Industri mebel dengan omzet 2,6 miliar dolar AS, itu dari 3.500 perusahaan. Bisa dibayangkan kalau semua didorong seperti di China, naik kelasnya, itu bisa mendatangkan 160 miliar dolar AS baik dari pasar domestik maupun ekspor. Jadi bisa menampung lapangan kerja hingga 48 juta orang,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menyampaikan bahwa penggunaan teknologi dalam industri manufaktur tidak dapat dihindari.
Teknologi akan memiliki mamfaat sangat besar ketika digunakan sesuai dengan kebutuhan.
"Tidak ada satupun teknologi yang memporakporandakan manusia. Karena sepanjang digunakan yang baik, teknologi bisa menciptakan lapangan kerja baru," pungkasnya.
"IKM ini harus diintervensi pemerintah. Diberikan bobot, baik keahlian dan teknologi untuk tumbuh. Pada gilirannya nanti dia bisa membangun kekuatan yang lebih besar dan menggantikan peran asing," kata Sekjen Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Abdul Sobur di Jakarta, Kamis.
Sobur menyampaikan hal itu pada diskusi bertajuk "Membangun Strategi Kebijakan untuk Memperkuat Struktur Perekonomian Menuju Pertumbuhan 7-8 Persen Per Tahun: Bagaimana Peluang dan Potensi UMKM dan UKM".
Menurut Sobur, penggunaan teknologi di beberapa sektor IKM nyatanya mampu menghemat waktu maupun biaya produksi, misalnya pada industri mebel.
Untuk membuat satu buah gebyok tanpa mesin, IKM mebel membutuhkan waktu sekitar tiga bulan dengan dua orang pekerja. Namun dengan mesin berteknologi mumpuni, sebuah gebyok mampu diselesaikan dalam waktu delapan hari dengan satu pekerja.
CEO Kriya Nusantara ini juga menyampaikan perlunya memperluas paradigma bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan daya saing IKM itu sendiri, hingga usaha yang dijalankan meningkat dan pada akhirnya mami menciptakan lapangan kerja baru.
Ia menyampaikan penyempurnaan teknologi pada IKM yang ia pimpin terbukti mampu meningkatkan kapasitas produksi hingga 10 kali lipat hanya dalam waktu delapan tahun, sehingga kini usahanya naik kelas menjadi industri besar.
"Ini memang penyempurnaan teknologi. Kami kerja sama dengan perusahaan Jepang, menerapkan teknologi mereka, manajemen produksi diperbaiki, sehingga bisa naik kelas," ungkap Sobur.
Menurutnya, intervensi teknologi yang didukung peningkatan kapasitas dan kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kelas IKM nasional.
"Industri mebel dengan omzet 2,6 miliar dolar AS, itu dari 3.500 perusahaan. Bisa dibayangkan kalau semua didorong seperti di China, naik kelasnya, itu bisa mendatangkan 160 miliar dolar AS baik dari pasar domestik maupun ekspor. Jadi bisa menampung lapangan kerja hingga 48 juta orang,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menyampaikan bahwa penggunaan teknologi dalam industri manufaktur tidak dapat dihindari.
Teknologi akan memiliki mamfaat sangat besar ketika digunakan sesuai dengan kebutuhan.
"Tidak ada satupun teknologi yang memporakporandakan manusia. Karena sepanjang digunakan yang baik, teknologi bisa menciptakan lapangan kerja baru," pungkasnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018
Tags: