Jakarta (ANTARA News) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah senilai 1-2 miliar dolar AS pada triwulan II-2018 yang akan dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan operasional.

"Mudah-mudahan sebelum Juni, semester satu ini," kata Direktur Utama PT PLN Sofyan Basyir saat ditemui di Jakarta, Senin.

Sofyan memastikan penerbitan obligasi yang nilainya setara Rp10 triliun-Rp20 triliun ini tidak hanya untuk mendukung kebutuhan operasional namun juga dimanfaatkan guna mendukung pembiayaan investasi.

Ia menjelaskan penerbitan obligasi berdenominasi rupiah di pasar global ini sebagai alternatif pembiayaan untuk mengatasi keterbatasan sumber pembiayaan dari sektor perbankan.

"Kita sedang mencari yang rupiah, apalagi keterbatasan dari perbankan nasional pasti ada, walau kita punya plafon. Kita mau coba bagaimana penerimaan dari pihak luar dalam rupiah," kata Sofyan.

Sofyan juga mengatakan target penerbitan obligasi tersebut tidak terlampau besar karena sesuai dengan aset yang dimiliki oleh perseroan saat ini.

Ia membandingkan aset yang dimiliki PT PLN dengan Jasa Marga yang baru saja menerbitkan Komodo Bonds senilai 300 juta dolar AS atau sekitar Rp4 triliun.

"Aset PLN sekarang Rp1.300 triliun, Jasa Marga Rp100 triliun. Jadi kebutuhannya memang jauh, kalau Rp2,3,4 atau 5 triliun cukup dari bank lokal," ujar Sofyan.

Saat ini, kebutuhan pembiayaan PLN pada 2018 diproyeksikan mencapai 5 miliar dolar AS untuk mendukung pengadaan proyek sebesar Rp2.000 triliun dalam lima tahun.