BNPB : masyarakat harus bisa siasati bencana untuk terus hidup
8 Januari 2018 15:57 WIB
Dokumentasi--Pengendara sepeda motor melintas di jalan yang dipenuhi debu vulkanik erupsi Gunung Sinabung, di Desa Naman Teran, Karo, Sumatera Utara, Kamis (28/12/2017). Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi pada Rabu (27/12/2017) menyebabkan sejumlah desa di kawasan kaki gunung tertutup debu vulkanik. (ANTARA FOTO/Tibta Peranginangi)
Jakarta, 8/1 (Antara) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan masyarakat yang menjadi korban bencana harus bisa menyiasati keadaan untuk tetap melanjutkan kehidupannya.
"Dulu masyarakat Gunung Sinabung hanya menjadikan tanaman kopi sebagai pagar. Saat ini, Sinabung malah menjadi salah satu sentra kopi," kata Sutopo di Jakarta, Senin.
Sutopo mengatakan masyarakat di sekitar Gunung Sinabung sebelumnya bercocok tanam dengan menanam jeruk, kentang dan sayur mayur. Tanaman kopi, meskipun tumbuh di daerah itu, sama sekali tidak dilirik.
Hingga akhirnya Gunung Sinabung meletus dan merusak tanaman jeruk, kentang dan sayur mayur yang ditanam masyarakat. Ditanam kembali, tanaman tersebut kembali rusak karena Gunung Sinabung meletus beberapa kali.
"Ternyata tanaman kopi malah hidup. Sekarang mereka beralih menanam kopi. Pemerintah melatih mereka mulai dari menanam, memanen, mengemas hingga ke produksinya. Kopi memiliki nilai ekonomi tinggi," tutur Sutopo.
Tidak hanya menanam dan mengolah tanaman kopi, anak-anak muda di sekitar Gunung Sinabung juga dilatih untuk meramu biji kopi sehingga bisa menjadi minuman yang enak.
"Mereka jadi barista dan tetap menggunakan nama-nama lokal. Nama-nama desa asal mereka," ujarnya.
Saat ini, biji kopi dari Gunung Sinabung sudah cukup dikenal. Bahkan, salah satu gerai kopi terkemuka sudah menggunakan biji kopi dari Gunung Sinabung.
"Dulu masyarakat Gunung Sinabung hanya menjadikan tanaman kopi sebagai pagar. Saat ini, Sinabung malah menjadi salah satu sentra kopi," kata Sutopo di Jakarta, Senin.
Sutopo mengatakan masyarakat di sekitar Gunung Sinabung sebelumnya bercocok tanam dengan menanam jeruk, kentang dan sayur mayur. Tanaman kopi, meskipun tumbuh di daerah itu, sama sekali tidak dilirik.
Hingga akhirnya Gunung Sinabung meletus dan merusak tanaman jeruk, kentang dan sayur mayur yang ditanam masyarakat. Ditanam kembali, tanaman tersebut kembali rusak karena Gunung Sinabung meletus beberapa kali.
"Ternyata tanaman kopi malah hidup. Sekarang mereka beralih menanam kopi. Pemerintah melatih mereka mulai dari menanam, memanen, mengemas hingga ke produksinya. Kopi memiliki nilai ekonomi tinggi," tutur Sutopo.
Tidak hanya menanam dan mengolah tanaman kopi, anak-anak muda di sekitar Gunung Sinabung juga dilatih untuk meramu biji kopi sehingga bisa menjadi minuman yang enak.
"Mereka jadi barista dan tetap menggunakan nama-nama lokal. Nama-nama desa asal mereka," ujarnya.
Saat ini, biji kopi dari Gunung Sinabung sudah cukup dikenal. Bahkan, salah satu gerai kopi terkemuka sudah menggunakan biji kopi dari Gunung Sinabung.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: