Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan mengajak diaspora untuk mempromosikan tenaga pelaut Indonesia agar terserap baik, tidak hanya dalam lingkup lokal, tetapi juga internasional.

"Kalau tidak bisa mengandalkan dalam negeri. Kita akan buat koneksitas dengan negara-negara tetangga untuk program mereka," kata Budi Karya Sumadi dalam kunjungannya ke Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta, Minggu.

Budi memerintahkan para guru yang ditugaskan kunjungan ke luar negeri untuk membuka jaringan dengan sejumlah institusi.

"Kita tidak boleh puas dengan hasil yang ada, kita harus `self-correction`. Negara-negara lain itu proaktif, seperti Singapura dan Filipina. Guru-guru yang kunjungan ke luar negeri harus melakukan koneksitas dengan institusi-institusinya juga," katanya.

Ia mengakui daya saing pelaut-pelaut di Indonesia masih di bawah pelaut negara-negara tetangga, contohnya Filipina yang tersebar di seluruh dunia.

Untuk itu, menurut dia, untuk meningkatkan daya saing diperlukan peningkatan kompetensi sumber daya manusia, terutama kemampuan Bahasa Inggris.

"Kita minta dalam pembelajaran itu berbahasa Inggris, kalau perlu guru-gurunya berbahasa Inggris dua atau tiga mata kuliah dan buku-bukunya berbahasa Inggris agar terbiasa," ujarnya.

Budi menuturkan dalam persaingan yang semakin ketat, bukan hanya kemampuan di bidang kelautan, tetapi juga kemampuan khusus (soft skill), seperti digital dan Bahasa Inggris.

"Sekolah-sekolah kita kalah saing dengan Filipina, terutama masalah bahasa. Saya mendorong sekolah-sekolah bisa menjadi sekolah yang lebih baik, harus ada cita-cita dan kemauan dari para taruna dan guru-guru," katanya.

Menhub menambahkan,"Sudah lulus tapi belum kerja, kita jangan menyuplai pengangguran baru. Saya sudah sampaikan ini agar mereka dikumpulkan, dites dan diserap oleh pemerintah kabupaten dan kota," katanya.

Bahasa Inggris

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Perhubungan Kementerian Perhubungan Djoko Sasono mengatakan pihaknya akan menjajaki kerja sama dengan instruktur Filipina untuk membantu pengajaran Bahasa Inggris.

"Salah satu titik kritis, yaitu Bahasa Inggris sangat dibutuhkan di dunia internasional, untuk itu kita menjajaki kerja sama dengan Filipina untuk masuk ke sini," katanya.

Dia menyebutkan pelaut Filipina di seluruh dunia, yaitu mencapai empat juta orang, sementara Indonesia hanya 400.000 orang.

"Jadi sepertiga pelaut di dunia itu dari Filipina. Tapi tahun ini kita akan adakan lagi pendidikan gratis untuk 100.000 calon taruna di bidang darat, laut dan udara yang sebelumnya sudah dilakukan pada 2017 mencapai 48.335 orang" katanya.

Kepala Sekolah TInggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Sahattua Simatupang mengatakan dalam setahun pihaknya bisa mencetak 350 lulusan.

"Memang untuk penyerapan sendiri ada kecenderungan penurunan karena dipenguruhi oleh turunnya harga minyak di Timur Tengah, sehingga mempengaruhi orang dari laut turun ke darat," katanya.

Shattua menyebutkan dari seluruh lulusan 99 persen bekerja di darat, seperti di pelabuhan.

"Karena itu, kita meminta agar dibuka jaringan kepada diaspora, sehingga bisa berkontribusi terhadap pelaut-pelaut kita," katanya.