Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bencana dan kemiskinan saling berkaitan dan bagaikan siklus lingkaran setan.

"Yang miskin tambah miskin dan semakin rawan terkena bencana. Apalagi, masyarakat miskin banyak yang tinggal di daerah yang rawan bencana seperti banjir atau longsor," kata Sutopo di Jakarta, Jumat.

Sutopo mencontohkan masyarakat petani yang tinggal dan bercocok tanam di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. Menurut dia, sudah banyak penelitian yang menyatakan terdapat kaitan antara kemiskinan dan bencana di wilayah tersebut.

Di wilayah tersebut, banyak petani miskin yang hanya mampu membeli atau menyewa lahan untuk ditanami di daerah yang rawan banjir karena lahan yang bebas banjir harganya lebih mahal. Setiap kali menanam di sawah mereka harus berutang kepada tengkulak.

"Setelah menanam kemudian sawahnya kena banjir, dia jadi gagal panen. Padahal, dia tetap harus membayar utang. Akhirnya terpaksa berutang lagi. Belum lagi aset-asetnya seperti rumah yang hancur terkena bencana. Akhirnya dia tambah miskin," tuturnya.

Sutopo mengatakan masyarakat miskin merupakan pihak yang paling terdampak bila terjadi bencana. Apalagi, mereka tidak memiliki kemampuan untuk memitigasi atau melindungi diri dari bencana.

"Solusi yang paling efektif adalah masalah tata ruang. Harus diatur betul dan ditegakkan aturan mana yang boleh dan mana yang tidak. Jangan semua dibiarkan," katanya.