Semarang (ANTARA News) - Badan Layanan Umum (BLU) Trans Semarang menyebutkan penghasilan pengemudi Bus Rapid Transit (BRT) Transsemarang tahun ini bakal mendekati Rp4,6 juta per bulan.

"Kalau 2017, minimal gaji rekan-rekan sopir di angka Rp2,75 juta per bulan plus uang makan sehari Rp50 ribu," kata Pelaksana Tugas (Plt) BLU Trans Semarang Ade Bhakti di Semarang, Rabu.

Hal itu diungkapkannya di sela uji emisi dan pengecekan kelaikan armada, meliputi ban hingga kelengkapan surat armada BRT Transsemarang di Shelter Jalan Pemuda Semarang.

Ade menjelaskan sepanjang 2017 setidaknya ada 653 keluhan dari masyarakat pengguna jasa BRT Transsemarang, dan posisi teratas didominasi pelayanan sopir, yakni sebanyak 142 keluhan.

"Di bawahnya, keluhan armada yang tidak merapat ke `shelter` sebanyak 129 keluhan, kemudian diikuti keluhan petugas tiket yang judes, dan sebagainya sebanyak 100 keluhan," katanya.

Dari hasil evaluasi itu, diakuinya tiga item keluhan teratas memang terkait faktor manusia yang ternyata berpengaruh dengan pelayanan yang diberikan Transsemarang kepada masyarakat.

"Maka dari itu, tahun ini coba akan kami naikkan bertahap terkait kesejahteraan. Kami mulai dari sopir, tahun ini kami naikkan sebanyak dua kali upah minimum kota (UMK) Semarang," katanya.

Artinya, kata Ade, pengemudi Transsemarang pada tahun ini bisa menerima penghasilan "take home pay" mendekati angka Rp4,6 juta sehingga bisa berimbas terhadap peningkatan kualitas pelayanan.

Masih terkait keluhan dari masyarakat, ia menambahkan dari enam koridor Transsemarang yang dioperasikan, yang paling banyak mendapatkan keluhan adalah Koridor II sebanyak 44 keluhan.

"Selanjutnya, Koridor IV sebanyak 22 keluhan, kemudian Koridor I sebanyak 10 keluhan, Koridor III sebanyak delapan keluhan, Koridor V sebanyak tiga keluhan, dan satu keluhan di Koridor VI," katanya.

Untuk armada, kata dia, tercatat sebanyak 90 keluhan, mulai air conditioner (AC) yang tidak dingin, pintu hidrolis yang macet, hingga emisi gas buang dengan asap yang pekat.

"Memang Koridor II yang armadanya banyak mendapatkan komplain, ya, memang itu koridor yang paling tua beroperasi. Namun, kami sudah mulai lakukan peremajaan sejak Desember 2017," katanya.

Dari total 26 armada yang melayani Koridor II, kata Ade, tinggal 12 armada yang belum diremajakan, tetapi sebenarnya armada sudah siap dan masih dalam pengurusan administrasi atau surat kendaraan.