"Perbaikan hubungan antara Korut dan Korsel tidak dapat dipisahkan dengan upaya menyelesaikan program nuklir Korut, jadi Kementerian Luar Negeri harus berkoordinasi erat dengan sekutu dan masyarakat internasional mengenai hal ini," ujar Moon dalam sambutannya pada sebuah pertemuan kabinet, sebagaimana dilansir Reuters.
Pernyataan Moon kontras dengan pemimpin Korut Kim Jong-un, yang pada Senin (1/1) mengatakan bahwa Seoul harus berhenti meminta bantuan luar negeri untuk memperbaiki hubungan antara kedua Korea.
"Hal ini menunjukkan pemerintahan Moon melihat situasi dari sudut pandang yang sangat realistis dan rasional," kata Jeong Yeung-tae, kepala Institut Studi Korut di Seoul. "Ini juga menunjukkan penyelesaian masalah nuklir Korut memiliki prioritas lebih besar (daripada memperbaiki hubungan antar-Korea)," tambahnya.
Pernyataan Moon muncul setelah pidato tahun baru Kim Jong-un yang mengatakan bahwa dia "terbuka untuk berunding" dengan Seoul, dan bagi para atlet Korut untuk memungkinkan mereka turut serta dalam Olimpiade Musim Dingin, namun dengan tegas mendeklarasikan bahwa Korut merupakan sebuah kekuatan nuklir dunia.
Presiden Korsel meminta kementerian unifikasi dan olahraga segera membuat langkah-langkah untuk membantu Korut berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang mendatang.
Choi Moon-soon, Gubernur Provinsi Gangwon di mana Olimpiade Pyeongchang akan diadakan, telah mengusulkan agar Korsel mengirim kapal pesiar untuk membawa para atlet dan pejabat Korut ke Pyeongchang, menurut media Korsel.
Choi bertemu dengan pejabat olahraga Korut, Mun Woong, di China pada 18 Desember di sela-sela turnamen sepak bola pemuda internasional, di mana tim sepak bola Korut dan Korsel bertanding, demikian laporan surat kabar Dong-A Ilbo.
Choi menyarankan untuk mengirim kapal pesiar ke pelabuhan Wonsan Korut demi membantu Korut meminimalkan biaya transportasi dan menggunakan kapal tersebut sebagai akomodasi di Korsel, menurut surat kabar tersebut.
Choi Moon-soon tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan komentar pada Selasa.
Mengenai pembicaraan antara kedua Korea, juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel Choi Hyun-soo mengatakan bahwa Seoul sedang menunggu jawaban yang lebih rinci dari Pyongyang terhadap tawaran yang telah ada untuk berunding, yang dibuat kembali pada Juli tahun lalu oleh Seoul.
"Kami menawarkan perundingan militer pada Juli dan tawaran kami masih tetap sama. Kami menunggu jawaban Korut. Kami bersedia untuk berbicara dengan Korut mengenai resolusi damai program nuklir Korut tanpa memperhatikan bentuk, waktu dan metode," ujar Choi dalam sebuah pengarahan rutin.
Tawaran Kim Jong-un untuk melakukan perundingan dan kerja sama dengan Korsel menyusul tahun yang didominasi oleh perang urat syaraf dan meningkatnya ketegangan mengenai program senjata nuklir Pyongyang.
Korut menguji misil balistik antarbenua (ICBM) yang paling kuat pada November, 2017, yang konon mampu mengantarkan hulu ledaknya ke mana saja di Amerika Serikat.
Pada Senin, Kim Jong-un mengatakan Korut akan memproduksi hulu ledak nuklir dan misil balistik secara massal pada 2018 untuk penempatan operasional, dengan memperingatkan bahwa dia memiliki "tombol nuklir" di mejanya yang akan dia gunakan jika negaranya terancam.