Bogor (ANTARA News) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menampik tudingan Bogor kota intoleran, karena potret keberagaman yang ada di masyarakat jauh lebih banyak dibanding intoleran.

"Ketika ditanya soal intoleran, jawaban saya masih sama, bahwa Kota Bogor dasarkan bukan kota intoleran," kata Bima, di Bogor, Jabar, Sabtu.

Bima mengakui bahwa gerakan intoleran oleh kelompok-kelompok yang tidak sabar dan intoleran di Kota Bogor memang ada, tetapi bukan sebagai arus dominan.

"Saya akui gerakan intoleran itu ada, tapi bukan arus dominan warga Bogor," katanya.

Ia meyakini arus yang utama di Kota Bogor adalah keberagaman. Dan mengimbau semua pihak jangan "gebyah uyah" (menyamaratakan-red) hanya karena satu dua kasus Bogor dicap intoleran.

"Jangan sampai hanya karena satu dua kasus, hanya karena GKI Yasmin, karena syiah, HTI kemudian gebyah uyah bahwa Bogor intoleran, tidak!," kata Bima.

Pengamat politik ini menegaskan potret keberagaman di Kota Bogor jauh lebih banyak. Seperti perayaan Imlek yang rutin setiap tahun digelar telah menjadi festival budaya yang menyatukan seluruh warga baik dari suku dan agama berbeda. Begitu pula pengamanan Natal melibatkan ormas Islam serta Pramuka.

Bima pun siap berdebat dengan pihak-pihak yang menyatakan Bogor intoleran apa indikasinya.

"Kalau kita kejar satu-satu orang yang menyatakan intoleran pasti kalah debat dengan kita, mana indikatornya apa," kata Bima.

Bima berencana akan berdialok dengan Setara Institut, niatnya untuk berkomunikasi, menanyakan apa indikatornya melabelkan Bogor intoleran.

"Senang sekali melabelkan intoleran kepada kita (Bogor-red) tanpa pernah tabayun, tidak pernah ngobrol dengan kita. Indikatornya juga kita tidak paham," katanya.

Untuk menjaga kerukunan antar umat beragaman sebelum perayaan Natal 2017, Bima bersama-sama Muspida, tokoh lintas iman, pemuda, serta ormas dan OKP se-Kota Bogor melakukan deklarasi bersama "Bogor Kota Toleran".

Berikut kutipan isi deklarasi: perjalanan dari masa ke masa telah membentuk Kota Bogor sebagai kota yang ramah dan rukun dalam keberagaman suku, agama, ras dan golongan.

Catatan-catatan intoleransi yang terjadi di Kota Bogor bukanlah marwah sejatinya warga kota yang santun, ramah, dan berbudaya.

Dalam rangka menyambut perayaan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018, dan menjaga kemungkinan pihak pihak yang ingin mengganggu ketertiban dan kenyamanan warga Kota Bogor selama persiapan dan pelaksanaan perayaan Natal dan Tahun Baru, perlu kiranya semua lapisan masyarakat termasuk pihak terkait untuk menegaskan kembali komitmen kerukunan dan toleransi antar umat yang berbeda agama.

Oleh karena itu kami warga Kota Bogor dari Unsur Muspida, Tokoh Lintas Iman, Pemuda Lintas Iman, Ormas dan OKP se-Kota Bogor berikrar untuk : 1. Menjunjung tinggi UUD 1945, Pasal 29, Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

2. Menjaga dan memelihara harmoni dalam keragaman agama di Kota Bogor.

3. Mengajak warga Kota Bogor menjadikan momentum perayaan hari besar keagamaan keagamaan sebagai ajang memperkuat tali silaturahmi antarumat beragama.

4. Bertekad bersama TNI Polri untuk menjaga kedamaian dan kesejukan dalam mempersiapkan dan melaksanakan perayaan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018.