Jakarta (ANTARA News) - Jurnal internasional kesehatan mental dan ketergantungan mengklasifikasikan terlalu terobsesi untuk mengambil swafoto atau selfie sebagai penyakit jiwa yang nyata dan bahkan diberi nama "selfitis".
Kembali pada 2014, kabar hoax menyebut bahwa American Psychiatric Association (APA) telah menemukan "selfitis" sebagai gangguan mental baru. Namun, hal itu masih merupakan berita palsu saat itu.
Studi yang meneliti gangguan mental baru tersebut ditulis Janarthanan Balakrishnan of the Thiagarajar School of Management in Madura, India, dan Mark D Griffiths of Nottingham Trent University, di Nottingham, Inggris.
Penelitian itu menetapkan Skala Perilaku Pelaku Swafoto (SBS) yang membuat orang terobsesi mengambil foto selfie dalam kategori yang berbeda, tergantung pada tingkat keparahan "kondisi" mereka.
Sebanyak 225 siswa dari India kemudian diperiksa dalam penelitian ini dan dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu mereka yang ada di garis batas, akut, dan kronis.
Mungkin terdengar lucu, namun penelitian ini benar-benar menemukan bahwa sembilan persen peserta mengambil delapan foto selfie per hari, dan 25 persen membagikan tiga atau lebih foto swafoto di media sosial mereka, demikian Phone Arena.
Obsesi terhadap selfie termasuk gangguan mental
28 Desember 2017 12:05 WIB
Orang yang sedang swafoto alias selfie. (reuters)
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: