Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta turun satu poin menjadi Rp13.566 per dolar AS dari Rp13.565 per dolar AS pada Kamis pagi, sementara para pelaku pasar menantikan rilis data ekonomi Amerika Serikat.

"Sejumlah data ekonomi Amerika Serikat yang akan dirilis menjadi fokus pelaku pasar uang. Di tengah penantian itu pergerakan mata uang di pasar valas cenderung mendatar," kata Analis Monex Investindo Futures, Faisyal.

Para pelaku pasar, ia mengatakan, mewaspadai potensi data klaim pengangguran Amerika Serikat yang dapat memicu penguatan dolar AS serta data cadangan minyak mentah negara itu.

"Jika data yang dirilis tidak sesuai ekspektasi pasar maka dolar AS akan berada dalam tekanan dan berpotensi mendorong penguatan serangkaian mata uang dunia, termasuk rupiah," katanya.

Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang menguat masih menjadi salah satu faktor yang menjaga mata uang berbasis komoditas tetap stabil. "Mata uang terkait komoditi bergerak stabil seiring bagusnya harga minyak mentah dunia," katanya.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan dua dari tiga mata uang kuat di kawasan Asia pagi ini bergerak menguat terhadap dolar AS, membuka potensi rupiah terapresiasi.

"Apresiasi juga dapat didukung dari harga minyak mentah dunia yang naik pagi ini," katanya.

Harga minyak mentah jenis WTI tercatat menguat 0,20 persen menjadi ke posisi 59,76 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,14 persen ke posisi 66,53 dolar AS per barel.