Istanbul (ANTARA News) - Presiden Turki Redep Tayyip Erdogan mengatai Donald Trump bahwa presiden Amerika Serikat itu tidak akan pernah bisa membeli suara PBB dalam soal Yerusalem. Erdogan juga mengatakan dunia akan membuat AS terpaksa menarik pelajaran sangat berharga karena dunia bakal mengabaikan tekanan AS untuk tidak mendukung resolusi penolakan atas pengakuan AS bahwa Yerusalem ibu kota Israel.

Sehari setelah Erdogan mengungkapkan harapannya itu, Majelis Umum PBB dengan suara telak mengadopsi resolusi yang menolak pengakuan Amerika Serikat bahwa Yerusalem ibu kota Israel dan seruan kepada negara-negara anggota PBB untuk tidak mendirikan misi diplomatik di Yerusalem.

Trump memang telah mengancam akan memangkas bantuan ekonomi kepada negara yang mendukung resolusi PBB itu. Menjawab ancaman ini, Erdogan menyatakan anggota-anggota PBB harus melawan diktasi uang AS dalam membuat keputusan atas resolusi itu.

"Tuan Trump Anda tak bisa membeli hasrat demokrasi Turki dengan dolar Anda. Dolar boleh saja ditarik, tetapi harga diri kita tak bisa dijual. Itulah mengapa pendirian kita menjadi penting," kata Erdogan.

Trump tiba-tiba mengubah pendirian pemerintah AS sebelum ini dengan mengakui Yerusalem ibu kota Israel, padahal para presiden AS sebelum dia selalu menyandarkan konsensus internasional dalam kaitan status kota itu.


Erdogan kemudian menuanrumahi KTT OKI yang mengeluarkan resolusi mengutuk Trump dan ajakan kepada dunia untuk mengakui Yerusalem Timur ibu kota Palestina.

Yerusalem yang menjadi tempat suci baik baik Islam, Kristen maupun Yahudi, telah menjadi jantung konflik Israel-Palestina. Israel menduduki Yerusalem Timur pada 1967 yang kemudian dianeksasinya tapi dunia tak pernah mengakuinya.

Tindakan Trump mengakui Yerusalem ibu kota Israel telah membuat marah dunia Islam dan sekutu-sekutu terdekat Israel di Eropa yang serentak menolak pendirian Trump.

Lalu sebuah rancangan resolusi penolakan klaim Trump diajukan kepada Dewan Keamanan PBB dan mental gara-gara satu negara dari total 15 negara anggota Dewan Keamanan, yakni Amerika Serikat, memvetonya. Tak kehabisan akal, ditolak Dewan Keamanan PBB, negara-negara muslim membawa resolusi itu ke Majelis Umum, dan akhirnya dengan telak dimenangkan suara terbesar PBB melawan sembilan negara termasuk AS dan Israel.

"Saya harap dan perkirakan Amerika Serikat tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkannya dari sana dan dunia akan memberikan pelajaran sangat berharga kepada Amerika Serikat," kata Erdogan seperti dikutip Jerusalem Post.

Doa Erdogan terkabul. PBB menolak pengakuan Trump bahwa Yerusalem ibu kota Israel. Kini, Amerika Serikat jelas-jelas tengah melawan pandangan hampir seluruh isi dunia.