Pertamina kelola Blok Mahakam pada Januari 2018
Pengeboran Pertama Pertamina Hulu Mahakam Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam (kiri), Presiden & General Manager Total E&P Indonesie Arividya Noviyanto (kedua kanan), Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani (kanan), President Director Apexindo Zainal Abidinsyah Siregar (tengah) dan perwakilan pekerja berfoto bersama saat kunjungan Inagurasi Tajak Sumur atau pengeboran pertama di masa transisi alih kelola ke PT Pertamina Hulu Mahakam, di RIG Maera, South Tunu, Blok Mahakam, Kalimantan Timur, Senin (7/8/2017). PT Pertamina Hulu Mahakam telah ditunjuk pemerintah menjadi pengelola wilayah kerja Blok Mahakam yang berlaku efektif 1 Januari 2018, setelah berakhirnya masa kontrak Production Sharing Contract (PSC) Mahakam dalam pengelolaan Total E&P Indonesie pada akhir 2017. (ANTARA/Indrianto Eko Suwarso)
"Menteri ESDM akan datang ke Balikpapan. Ada seremoni kecil pergantian seragam," kata Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) Kalimantan dan Sulawesi Nasvar Nazar di Balikpapan, Kamis.
Seragam kerja lapangan, overall, Total Indonesie yang berwarna merah tua, secara resmi dilepas dan digantikan overall Pertamina dengan warna biru yang khas, dengan variasi kecil strip merah dan putih.
Menurut Nasvar Nazar, pergantian seragam itu juga bukan hanya seremonial belaka, tapi hampir dalam arti sesungguhnya. Hampir seluruh karyawan Total Indonesie, secara resmi beralih menjadi karyawan Pertamina pada saat tersebut.
Sebanyak 1.885 orang karyawan Total Indonesia atau 98 persen setuju bergabung dengan PHM, perusahaan yang dibuat PT Pertamina (Persero) untuk mengelola Blok Mahakam. Mereka termasuk jajaran manajemen puncak seperi Vice President hingga General Manager sebanyak 8 orang, manajemen menengah seperti manajer sebanyak 53 orang, dan staf sebanyak 1.824 orang. Dengan karyawan PHM yang berasal dari Pertamina sendiri, seluruhnya perusahaan ini berawak 1.919 orang.
"Sekitar 1 persen lainnya pensiun, atau ingin mandiri, dan ekspatriat yang mungkin pindah ke unit usaha Total yang lain," terang Nazar.
Blok Mahakam ditemukan Total di pertengahan tahun 1960-an. Kontrak dengan Pemerintah Indonesia kemudian ditandatangani 6 Oktober 1966, setelah keadan politik mulai stabil di masa awal kekuasaan Presiden Soeharto yang mulai mengundang modal asing turut mengolah kekayaan alam Indonesia.
Kontrak pertama ini berdurasi 30 tahun, dari 31 Maret 1967 sampai 30 Maret 1997, yang kebetulan hampir sepanjang masa Soeharto berkuasa. Lima tahun
sebelum kontrak pertama berakhir disepakati untuk perpanjangan kontrak sistem bagi hasil selama 20 tahun berikutnya, hingga 30 Maret 2017, dan pada tahun 1996 dimundurkan hingga akhir tahun 2017.
Selama masa operasinya di Blok Mahakam tersebut, Total Indonesie yang separo sahamnya juga dimiliki Inpex (Jepang) sudah mengeluarkan dari perut bumi 19,7 triliun kaki kubik gas dan 1,1 triliun barrel minyak, dimulai dari Lapangan Bekapai yang awal berproduksi tahun 1974.
Produksi migas dari Blok Mahakam itu juga menyumbang terbesar migas dari Kalimantan Timur, yang bersama kontraktor kerjasama bagi hasil lainnya seperti Chevron, Vico, Mubadala, Eni, memberikan hingga 24 persen jumlah keseluruhan produksi migas Indonesia, dan 13 persen minyak.
"Dalam setahun, Total Indonesie menyetor sampai USD5 juta Dana Bagi Hasil migas dari Blok Mahakam," ungkap Nasvar Nazar.
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017