Puluhan pemuda dilatih jadi agen revolusi mental
20 Desember 2017 15:51 WIB
Dokumentasi Seminar Revolusi Mental. Peserta seminar membaca buku pada Seminar Revolusi Mental, di Medan, Sumut, Kamis (3/7/2014). Seminar tersebut dalam rangka Pengenalan dan Pemaparan Program Kerja Capres dan Cawapres Joko Widodo - Jusuf Kalla. (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)
Semarang (ANTARA News) - Puluhan pemuda dari berbagai unsur organisasi kemasyarakatan dan pemuda (OKP) di Jawa Tengah dilatih menjadi agen revolusi mental oleh Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP-PON) Kementerian Pemuda dan Olahraga.
"Ada sekitar 80 pemuda perwakilan dari berbagai unsur, khususnya OKP yang ikut pelatihan ini," kata Kepala Bidang Penyelenggaraan Pemuda PP-PON Kemenpora Dwi Agus Susilo di sela Pelatihan Revolusi Mental Bagi Pemuda, di Semarang, Rabu.
Pelatihan bertema "Pemuda Sebagai Agen Perubahan Mewujudkan Revolusi Mental" yang diprakarsai PP-PON Kemenpora dan Dispora Jateng itu berlangsung di Hotel Siliwangi Semarang, selama empat hari, mulai 19-22 Desember 2017.
Perwakilan OKP yang ikut, antara lain Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Agus menjelaskan selama ini ada dua anggapan di masyarakat bahwa keberadaan pemuda sebagai masalah dan sebagai solusi, padahal keberadaan pemuda merupakan agen perubahan yang harus menjadi solusi atas berbagai persoalan di masyarakat.
"Dengan pelatihan ini, kami berharap para pemuda memiliki pemahaman mengenai gerakan revolusi mental sehingga mereka mampu menganalisis lingkungan sekitarnya, terutama persoalan apa yang menjadi karakter setempat dan mencari solusi," katanya.
Dalam pelatihan itu, kata dia, para pemuda dilatih juga menyusun kerangka aksi (action plan) untuk mengubah karakter di masyarakat yang selama ini dianggap kurang baik menjadi lebih baik, modern, dan berkemajuan terhadap bangsa.
"Tak hanya berhenti di rencana aksi, kami latih juga tindakan atau program yang bisa dilakukan agar mereka bisa berkiprah di lingkungannya masing-masing. Jadi, tidak sekadar teori, namun praktik juga diberikan," katanya.
Rencananya, kata Agus, pelatihan revolusi mental itu akan menyasar 200 pemuda di berbagai daerah, mengingat pemuda sebagai "leading sector" Kemenpora agar mereka mampu menjadi agen perubahan di lingkungan tempat mereka tinggal.
Sementara itu, anggota Kelompok Kerja (Pokja) Gerakan Revolusi Mental Nasional Dr Ahmad Mukhlis Yusuf menjelaskan sejak awal Presiden RI Joko Widodo telah menjadikan revolusi mental sebagai salah satu dari Nawacita.
"Revolusi mental ini sebagai revolusi karakter yang bertujuan menguatkan manusia sebagai sumber daya yang tidak terbatas yang punya kekuatan untuk mengubah bangsa," kata mantan Direktur Utama Perum LKBN ANTARA tersebut.
Jadi, kata dia, pembangunan manusia yang bersifat nonfisik terus dijalankan, seiring dengan pembangunan infrastruktur yang terus digenjot di berbagai daerah untuk pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Merauke.
"Dalam revolusi mental, setidaknya terkandung tiga nilai esensial, yakni integritas, etos kerja, dan gotong royong. Nilai ini bisa menggerakkan manusia untuk bekerja lebih dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain," katanya.
Ia mengingatkan revolusi mental sebagai sebuah gerakan yang tidak berhenti sekadar tataran ceramah atau teori, melainkan sebagai sebuah perubahan cara berpikir, bersikap, dan bekerja yang harus dilakukan oleh seluruh pihak.
"Ada empat pelaku yang harus menggerakkan revolusi mental, yakni penyelenggara negara, dunia usaha, masyarakat, dan dunia pendidikan. Pemuda harus menjadi subjek dari perubahan, khususnya terhadap lingkungan sekitarnya," pungkasnya.
"Ada sekitar 80 pemuda perwakilan dari berbagai unsur, khususnya OKP yang ikut pelatihan ini," kata Kepala Bidang Penyelenggaraan Pemuda PP-PON Kemenpora Dwi Agus Susilo di sela Pelatihan Revolusi Mental Bagi Pemuda, di Semarang, Rabu.
Pelatihan bertema "Pemuda Sebagai Agen Perubahan Mewujudkan Revolusi Mental" yang diprakarsai PP-PON Kemenpora dan Dispora Jateng itu berlangsung di Hotel Siliwangi Semarang, selama empat hari, mulai 19-22 Desember 2017.
Perwakilan OKP yang ikut, antara lain Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Agus menjelaskan selama ini ada dua anggapan di masyarakat bahwa keberadaan pemuda sebagai masalah dan sebagai solusi, padahal keberadaan pemuda merupakan agen perubahan yang harus menjadi solusi atas berbagai persoalan di masyarakat.
"Dengan pelatihan ini, kami berharap para pemuda memiliki pemahaman mengenai gerakan revolusi mental sehingga mereka mampu menganalisis lingkungan sekitarnya, terutama persoalan apa yang menjadi karakter setempat dan mencari solusi," katanya.
Dalam pelatihan itu, kata dia, para pemuda dilatih juga menyusun kerangka aksi (action plan) untuk mengubah karakter di masyarakat yang selama ini dianggap kurang baik menjadi lebih baik, modern, dan berkemajuan terhadap bangsa.
"Tak hanya berhenti di rencana aksi, kami latih juga tindakan atau program yang bisa dilakukan agar mereka bisa berkiprah di lingkungannya masing-masing. Jadi, tidak sekadar teori, namun praktik juga diberikan," katanya.
Rencananya, kata Agus, pelatihan revolusi mental itu akan menyasar 200 pemuda di berbagai daerah, mengingat pemuda sebagai "leading sector" Kemenpora agar mereka mampu menjadi agen perubahan di lingkungan tempat mereka tinggal.
Sementara itu, anggota Kelompok Kerja (Pokja) Gerakan Revolusi Mental Nasional Dr Ahmad Mukhlis Yusuf menjelaskan sejak awal Presiden RI Joko Widodo telah menjadikan revolusi mental sebagai salah satu dari Nawacita.
"Revolusi mental ini sebagai revolusi karakter yang bertujuan menguatkan manusia sebagai sumber daya yang tidak terbatas yang punya kekuatan untuk mengubah bangsa," kata mantan Direktur Utama Perum LKBN ANTARA tersebut.
Jadi, kata dia, pembangunan manusia yang bersifat nonfisik terus dijalankan, seiring dengan pembangunan infrastruktur yang terus digenjot di berbagai daerah untuk pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Merauke.
"Dalam revolusi mental, setidaknya terkandung tiga nilai esensial, yakni integritas, etos kerja, dan gotong royong. Nilai ini bisa menggerakkan manusia untuk bekerja lebih dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain," katanya.
Ia mengingatkan revolusi mental sebagai sebuah gerakan yang tidak berhenti sekadar tataran ceramah atau teori, melainkan sebagai sebuah perubahan cara berpikir, bersikap, dan bekerja yang harus dilakukan oleh seluruh pihak.
"Ada empat pelaku yang harus menggerakkan revolusi mental, yakni penyelenggara negara, dunia usaha, masyarakat, dan dunia pendidikan. Pemuda harus menjadi subjek dari perubahan, khususnya terhadap lingkungan sekitarnya," pungkasnya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017
Tags: