Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pemerintah Malaysia menyatakan kecewa Amerika Serikat memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai status Yerusalem setelah Presiden Donald Trump memutuskan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

"Dukungan dari 14 anggota Dewan Keamanan PBB adalah indikasi yang jelas bahwa masyarakat internasional sangat menentang pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Malaysia Datin Nirvana Jalil Gani di Kuala Lumpur, Rabu.

Nirvana mengatakan Malaysia menegaskan bahwa isu Yerusalem adalah inti dalam masalah Palestina dan Israel dan meminta semua negara anggota PBB tidak mengakui upaya untuk mengubah karakter dan status Yerusalem.

"Malaysia menyambut baik inisiatif oleh Turki untuk meminta Sidang Khusus Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas masalah ini dengan maksud untuk mengajukan resolusi serupa," katanya.

Dia juga menegaskan kembali dukungan Malaysia yang tidak tergoyahkan terhadap perjuangan Palestina dan usaha menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat berdasarkan perbatasan sebelum 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Pada kesempatan terpisah Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi menyeru warga, partai politik dan lembaga swadaya masyarakat di Malaysia mengabaikan perbedaan dengan melakukan aksi solidaritas untuk mendukung Baitul Maqdis di Masjid Putra, Putrajaya, Jumat (22/12).

Aksi solidaritas tersebut, menurut dia, merupakan wujud dukungan rakyat Malaysia untuk memperjuangkan Baitul Maqdis.

"Kita tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel tetapi kita menghormati hubungan dengan Amerika Serikat. Namun apabila hak kota suci umat Islam diceroboh dengan hasrat untuk melenyapkan kota suci Islam, Kristen dan agama Yahudi Orthodox artinya Israel mencoba memadamkan sejarah," katanya.