Warga AS protes deklarasi Yerusalem ibu kota Israel
20 Desember 2017 11:35 WIB
Sejumlah Aktivis HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan AMPI (Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia) Banten berunjuk rasa guna menggalang simpati Peduli Palestina, di Alun-alun Serang, Banten, Selasa (12/12/2017). Mereka mengajak semua pihak menolak kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)
Dearborn, Michigan (ANTARA News) - Demonstran di kota Dearborn, Amerika Serikat, yang memprotes keputusan Presiden Donald Trump mengakui Yerusalam ibu kota Israel, mengajukan pertanyaan sama: Mengapa sekarang dan bagaimana dengan proses perdamaian Israel-Palestina.
"Apa urgensinya?" tanya Wali Kota Dearborn John O’Reilly Jr dalam unjuk rasa yang berlangsung Selasa waktu setempat.
Dearborn adalah kota dengan penduduk keturunan Arab yang besar, sekitar 29.000 orang atau 30 persen dari total penduduk kota ini.
Mereka berasal dari 17 negara di Timur Tengah dan Afrika, sedangkan di negara bagian Michigan sendiri ada total 150.000 warga keturunan Arab.
"Para presiden sebelumnya dari kedua partai telah menyatakan itu tak perlu ditempuh. Kita, sebagai kota, sangat terpengaruh oleh keputusan ini dan ada konsekuensi untuk setiap keputusan. Kami mengharapkan para pemimpin mendengar masyarakat kita dan tak ada seorang pun yang diajak bicara."
Imam Mohammad Mardini dari Pusat Muslim Amerika di Dearborn menceritakan sejarah dan pandangan keagamaan penduduk Yerusalem.
"Masalah Palestina bukan soal Palestina saja. Ini masalah perdamaian. Tuan Presiden, presiden kita semua, presidenku, keputusan ini salah dalam hal apa pun," kata Mardini seperti dikutip laman Detroit News.
"Apa urgensinya?" tanya Wali Kota Dearborn John O’Reilly Jr dalam unjuk rasa yang berlangsung Selasa waktu setempat.
Dearborn adalah kota dengan penduduk keturunan Arab yang besar, sekitar 29.000 orang atau 30 persen dari total penduduk kota ini.
Mereka berasal dari 17 negara di Timur Tengah dan Afrika, sedangkan di negara bagian Michigan sendiri ada total 150.000 warga keturunan Arab.
"Para presiden sebelumnya dari kedua partai telah menyatakan itu tak perlu ditempuh. Kita, sebagai kota, sangat terpengaruh oleh keputusan ini dan ada konsekuensi untuk setiap keputusan. Kami mengharapkan para pemimpin mendengar masyarakat kita dan tak ada seorang pun yang diajak bicara."
Imam Mohammad Mardini dari Pusat Muslim Amerika di Dearborn menceritakan sejarah dan pandangan keagamaan penduduk Yerusalem.
"Masalah Palestina bukan soal Palestina saja. Ini masalah perdamaian. Tuan Presiden, presiden kita semua, presidenku, keputusan ini salah dalam hal apa pun," kata Mardini seperti dikutip laman Detroit News.
Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017
Tags: