Jenewa (ANTARA News) - Dua puluh satu orang meninggal akibat difteri di kamp Rohingya yang berada di Bangladesh, ungkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (19/12), seraya menambahkan pihaknya sudah memulai langkah vaksinasi untuk membatasi wabah tersebut.

Menurut badan kesehatan PBB, 1.571 dugaan kasus penyakit bakteri itu telah terdata di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh bagian tenggara antara 10 November sampai 17 Desember.

Lebih dari 655.000 muslim Rohingya membanjiri kamp tersebut setelah melarikan diri dari aksi penindakan brutal di Myanmar dalam beberapa bulan terakhir.

"Sebanyak 21 kematian telah dilaporkan di antara warga Rohingya di Cox’s Bazar," ujar juru bicara WHO Fadela Chaib kepada wartawan di Jenewa, dan menambahkan bahwa sekitar 20 persen dugaan kasus itu menjangkit anak-anak balita.

Difteri adalah penyakit yang sangat menular, yang menyerang hidung dan tenggorokan serta dapat menimbulkan gangguan pernapasan, juga mematikan jika tidak diobati. Namun kasus difteri semakin langka dalam beberapa dekade terakhir karena tingkat vaksinasi yang tinggi.

Otoritas Bangladesh memulai kampanye vaksinasi awal pada 12 Desember, menargetkan anak-anak berusia enam pekan sampai enam tahun, demikian laporan AFP. (kn)