Saat masyarakat Spanyol menari mendengar Sinanggar Tulo
19 Desember 2017 01:06 WIB
musik indonesia Kelompok musik uning-uningan Batak Toba, Mataniari, saat menampilkan sejumlah nyanyian dan tarian Batak di depan masyarakat Candas, Spanyol, pada, Minggu (18/12/2017). Kedatangan kelompok musik Batak tersebut sebagai bentuk diplomasi dan promosi budaya Indonesia kepada warga Spanyol. (ANTARA/Ahmad Wijaya)
Konser kerja sama kelompok musik uning-uningan Batak Toba, Mataniari, maestro jazz Indonesia Adra Karim, serta "Orquestra de Comarade Sierro (OCAS) asal Asturia, Spanyol akan ditutup dengan menyanyikan lagu Sinanggar Tulo di Niemeyer Auditorium, Oviedo, Spanyol.
Begitu dua penyanyi wanita Mataniari menyanyikan lagu Batak tersebut diiringi musik orkestra asal Spanyol itu, penonton di gedung pertunjukan tersebut yang berjumlah sekitar 600 orang, larut dalam kegembiraan.
Tak disangka penonton yang seluruhnya warga Spanyol sebagian ada yang berdiri dari kursi dan turun ke depan panggung untuk bersama-sama menari khas Batak, dengan menggerakkan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sambil menggoyangkan badan.
Malam yang sudah agak larut pada Sabtu (16/12) waktu setempat, itu tak menyurutkan penonton untuk ikut joget bersama penyanyi dan bahkan penonton yang masih duduk pun tak luput dengan terus menggerakkan pergelangan tangan sampai lagu itu habis.
Suasana ceria dan berbaur antarpenonton dan musisi Batak yang jumlahnya sembilan orang itu, membuat kegiatan yang bertajuk "Simfonico Indonesia" ini membuat penonton terlihat puas melihat kegiatan yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tersebut.
Hal yang agak mengejutkan adalah ternyata warga Spanyol banyak yang sudah mengenal dan bahkan bisa menyanyikan lagu Sinanggar Tulo dengan semangat dan menari khas Batak.
Penonton saat mendengar lagu Sinanggar Tulo dinyanyikan, tanpa ada yang mengomando sebagian langsung berdiri dan maju ke depan panggung untuk menari dengan mengajak sebagian penonton, sehingga suasana begitu ceria.
"Sungguh mengejutkan ternyata lagu Sinanggar Tulo sudah mendunia khususnya di Spanyol," kata Kasubdit Diplomasi Budaya Luar Negeri, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud, Ahmad Mahendra yang ikut menyaksikan konser tersebut.
Mengenalnya warga Spanyol lagu Sinanggar Tulo dimulai dengan banyaknya sejumlah media sosial Spanyol yang menampilkan nyanyian Sinanggar Tulo.
Bukan itu saja. Lagu Sinanggar Tulo makin dikenal warga Spanyol setelah OCAS pada 27 Juli-16 Agustus 2017 yang bekerja sama dengan Mataniari mengadakan pertunjukan di Toba, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta.
Di situ orkestra asal Asturia, Spanyol itu dalam setiap pertunjukan di Indonesia selalu mengiringi lagu Sinanggar Tulo. Rupanya alunan musik untuk mengiringi Sinanggar Tulo yang penuh ceria itu sangat cocok dengan orkestra tersebut, sehingga ditampilkan di depan publik Spanyol.
Kemdikbud sendiri berkeinginan lagu Sinanggar Tulo bisa makin mendunia dan dikenal tidak saja oleh warga Spanyol tapi juga negara lain, sama halnya dengan lagu Bengawan Solo yang sudah dikenal di sejumlah negara Asia Timur, seperti China.
Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Madrid Adi Priyanto yang turut menyaksikan konser kolaborasi itu pun menyatakan keterkejutannya dengan sudah dikenalnya lagu Sinanggar Tulo.
Dia mengatakan adanya perpaduan musik Batak dan Spanyol itu dinilai strategis baik untuk saat ini maupun jangka panjang, sehingga budaya dan pariwisata Indonesia bisa dikenal masyarakat Eropa umumnya.
Misi seperti ini memang sangat tepat dan efektif untuk lebih memperkenalkan potensi kekayaan budaya Indonesia yang kaya dan beragam, sehingga kelanjutannya sangat ditunggu agar publik Spanyol terus teringat.
Apalagi wisatawan Spanyol yang berkunjung ke Indonesia selama ini jumlahnya belum terlalu banyak, yaitu tahun 2017 sebanyak 67 ribu orang.
Tertarik Mataniari
Kedatangan kelompok musik uning-uningan Batak Toba, Mataniari, ke Asturia, Spanyol, tersebut merupakan undangan OCAS yang sebelumnya mereka telah saling mengenal saat bermusik di Toba dan Jakarta pada 27 Juli-16 Agustus 2017 .
Dari hasil kunjungan ke Indonesia tersebut tampaknya OCAS merasa cocok dan tertarik dengan kelompok musik Batak itu, sehingga setelah Mataniari selesai tampil pada acara Festival Europalia Indonesia 2017 di Den Haag, Belanda dan Brussels, Belgia, mereka langsung bertolak ke Spanyol, tepatnya di Asturias.
Pada kegiatan yang bertajuk "Simfonico Indonesia" ini, Mataniari mengisi seminar di Universitas Oviedo bersama dengan maestro jazz Indonesia, Adra Karim.
Setelah itu, kelompok yang dibentuk oleh Irwansyah Harahap dan Rithaony Hutajulu ini tampil pada konser di sejumlah pusat budaya dan gedung pertunjukan ternama di Asturias.
Sedeangkan konser 16 Desember 2017 di Niemeyer Auditorium menjadi acara yang spesial karena Mataniari dan Adra Karim berkerja sama dengan kelompok musik orkestra Siero Chamber Orchestra (OCAS) di depan ratusan penonton.
Di samping konser karya-karya musik orkestra yang bersatu dengan musik gondang Batak serta nyanyian Opera Batak, Mataniari juga tampil bersama dengan para pengungsi Sahara dalam suatu konser musik mini pada tanggal 17 Desember 2017.
Untuk lebih memperkenalkan lagu Sinanggar Tulo dan budaya Batak khususnya dan Indonesia umumnya, Mataniari juga tampil dalam konser tunggal sebanyak empat kali pada tanggal 17, 18, 19, dan 20 Desember 2017 di empat kota yang berada di sekitar Asturias yaitu Candas, Siero, La Felguera dan Leon.
Dengan tampil di kota-kota tersebut, semakin banyak masyarakat yang berkesempatan untuk menyaksikan secara langsung pertunjukan musik tradisional Batak yang dimainkan oleh Mataniari.
Hal ini adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu karena sangat jarang ada grup musik tradisional Batak dari Indonesia yang hadir di kota-kota tersebut.
Kunjungan balasan Mataniari dan Adra Karim ke Asturias, Spanyol ini menunjukkan adanya kerja sama yang erat dan timbal balik/ resiprokal antara Indonesia dengan Spanyol di bidang budaya.
Melalui hubungan antarmasyarakat (people to people) maka promosi budaya Indonesia ini diharapkan masyarakat Asturias pada khususnya dan Spanyol pada umumnya dapat mengenal lebih luas kekayaan dan keberagaman budaya yang Indonesia miliki, terutama yang terkait dengan musik tradisional Batak.
Begitu dua penyanyi wanita Mataniari menyanyikan lagu Batak tersebut diiringi musik orkestra asal Spanyol itu, penonton di gedung pertunjukan tersebut yang berjumlah sekitar 600 orang, larut dalam kegembiraan.
Tak disangka penonton yang seluruhnya warga Spanyol sebagian ada yang berdiri dari kursi dan turun ke depan panggung untuk bersama-sama menari khas Batak, dengan menggerakkan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sambil menggoyangkan badan.
Malam yang sudah agak larut pada Sabtu (16/12) waktu setempat, itu tak menyurutkan penonton untuk ikut joget bersama penyanyi dan bahkan penonton yang masih duduk pun tak luput dengan terus menggerakkan pergelangan tangan sampai lagu itu habis.
Suasana ceria dan berbaur antarpenonton dan musisi Batak yang jumlahnya sembilan orang itu, membuat kegiatan yang bertajuk "Simfonico Indonesia" ini membuat penonton terlihat puas melihat kegiatan yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tersebut.
Hal yang agak mengejutkan adalah ternyata warga Spanyol banyak yang sudah mengenal dan bahkan bisa menyanyikan lagu Sinanggar Tulo dengan semangat dan menari khas Batak.
Penonton saat mendengar lagu Sinanggar Tulo dinyanyikan, tanpa ada yang mengomando sebagian langsung berdiri dan maju ke depan panggung untuk menari dengan mengajak sebagian penonton, sehingga suasana begitu ceria.
"Sungguh mengejutkan ternyata lagu Sinanggar Tulo sudah mendunia khususnya di Spanyol," kata Kasubdit Diplomasi Budaya Luar Negeri, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud, Ahmad Mahendra yang ikut menyaksikan konser tersebut.
Mengenalnya warga Spanyol lagu Sinanggar Tulo dimulai dengan banyaknya sejumlah media sosial Spanyol yang menampilkan nyanyian Sinanggar Tulo.
Bukan itu saja. Lagu Sinanggar Tulo makin dikenal warga Spanyol setelah OCAS pada 27 Juli-16 Agustus 2017 yang bekerja sama dengan Mataniari mengadakan pertunjukan di Toba, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta.
Di situ orkestra asal Asturia, Spanyol itu dalam setiap pertunjukan di Indonesia selalu mengiringi lagu Sinanggar Tulo. Rupanya alunan musik untuk mengiringi Sinanggar Tulo yang penuh ceria itu sangat cocok dengan orkestra tersebut, sehingga ditampilkan di depan publik Spanyol.
Kemdikbud sendiri berkeinginan lagu Sinanggar Tulo bisa makin mendunia dan dikenal tidak saja oleh warga Spanyol tapi juga negara lain, sama halnya dengan lagu Bengawan Solo yang sudah dikenal di sejumlah negara Asia Timur, seperti China.
Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Madrid Adi Priyanto yang turut menyaksikan konser kolaborasi itu pun menyatakan keterkejutannya dengan sudah dikenalnya lagu Sinanggar Tulo.
Dia mengatakan adanya perpaduan musik Batak dan Spanyol itu dinilai strategis baik untuk saat ini maupun jangka panjang, sehingga budaya dan pariwisata Indonesia bisa dikenal masyarakat Eropa umumnya.
Misi seperti ini memang sangat tepat dan efektif untuk lebih memperkenalkan potensi kekayaan budaya Indonesia yang kaya dan beragam, sehingga kelanjutannya sangat ditunggu agar publik Spanyol terus teringat.
Apalagi wisatawan Spanyol yang berkunjung ke Indonesia selama ini jumlahnya belum terlalu banyak, yaitu tahun 2017 sebanyak 67 ribu orang.
Tertarik Mataniari
Kedatangan kelompok musik uning-uningan Batak Toba, Mataniari, ke Asturia, Spanyol, tersebut merupakan undangan OCAS yang sebelumnya mereka telah saling mengenal saat bermusik di Toba dan Jakarta pada 27 Juli-16 Agustus 2017 .
Dari hasil kunjungan ke Indonesia tersebut tampaknya OCAS merasa cocok dan tertarik dengan kelompok musik Batak itu, sehingga setelah Mataniari selesai tampil pada acara Festival Europalia Indonesia 2017 di Den Haag, Belanda dan Brussels, Belgia, mereka langsung bertolak ke Spanyol, tepatnya di Asturias.
Pada kegiatan yang bertajuk "Simfonico Indonesia" ini, Mataniari mengisi seminar di Universitas Oviedo bersama dengan maestro jazz Indonesia, Adra Karim.
Setelah itu, kelompok yang dibentuk oleh Irwansyah Harahap dan Rithaony Hutajulu ini tampil pada konser di sejumlah pusat budaya dan gedung pertunjukan ternama di Asturias.
Sedeangkan konser 16 Desember 2017 di Niemeyer Auditorium menjadi acara yang spesial karena Mataniari dan Adra Karim berkerja sama dengan kelompok musik orkestra Siero Chamber Orchestra (OCAS) di depan ratusan penonton.
Di samping konser karya-karya musik orkestra yang bersatu dengan musik gondang Batak serta nyanyian Opera Batak, Mataniari juga tampil bersama dengan para pengungsi Sahara dalam suatu konser musik mini pada tanggal 17 Desember 2017.
Untuk lebih memperkenalkan lagu Sinanggar Tulo dan budaya Batak khususnya dan Indonesia umumnya, Mataniari juga tampil dalam konser tunggal sebanyak empat kali pada tanggal 17, 18, 19, dan 20 Desember 2017 di empat kota yang berada di sekitar Asturias yaitu Candas, Siero, La Felguera dan Leon.
Dengan tampil di kota-kota tersebut, semakin banyak masyarakat yang berkesempatan untuk menyaksikan secara langsung pertunjukan musik tradisional Batak yang dimainkan oleh Mataniari.
Hal ini adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu karena sangat jarang ada grup musik tradisional Batak dari Indonesia yang hadir di kota-kota tersebut.
Kunjungan balasan Mataniari dan Adra Karim ke Asturias, Spanyol ini menunjukkan adanya kerja sama yang erat dan timbal balik/ resiprokal antara Indonesia dengan Spanyol di bidang budaya.
Melalui hubungan antarmasyarakat (people to people) maka promosi budaya Indonesia ini diharapkan masyarakat Asturias pada khususnya dan Spanyol pada umumnya dapat mengenal lebih luas kekayaan dan keberagaman budaya yang Indonesia miliki, terutama yang terkait dengan musik tradisional Batak.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: