Rupiah melemah tipis ke Rp13.578
15 Desember 2017 18:57 WIB
Nilai Tukar Rupiah Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta, Rabu (8/11/2017). Nilai tukar rupiah rupiah terkoreksi 0,08 persen menjadi Rp13.526 per dollar Amerika Serikat (AS), dari sebelumnya berada pada posisi Rp 13.524 per dolar Amerika Serikat pada Selasa (7/11/2017). (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat, dalam sesi penutupan bergerak melemah tipis senilai dua poin menjadi Rp13.578 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.576 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah ditopang sentimen RUU pajak AS menyusul optimisme pasar terhadap Undang Undang Pajak AS akan rampung sebelum akhir 2017.
"Optimisme terus merebak mengenai peluang lolosnya reformasi pajak menjadi undang-undang di akhir tahun ini. Itu yang membuat dolar AS terapresiasi," katanya.
Ia mengatakan reformasi pajak AS yang akan mengatur tentang pemotongan pajak perusahaan dan individu, diproyeksikan dapat mendorong perekonomian AS ke masa depan menjadi lebih baik.
Sementara itu, ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan Bank Sentral AS (The Federal Resrve/The Fed) yang kembali memberi sinyal kenaikan suku bunga pada 2018 sebanyak tiga kali menjadi salah satu faktor yang menahan laju mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.
"The Fed mensinyalkan pasar tenaga kerja berlanjut menguat, dan The Fed akan menaikkan suku bunga lagi di tahun 2018 seiring dengan menguatnya ekonomi AS," kata Lana menambahkan.
Bank Indonesia (BI) pada Kamis (14/12) mencatat kurs tengah nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.573 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.565 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah ditopang sentimen RUU pajak AS menyusul optimisme pasar terhadap Undang Undang Pajak AS akan rampung sebelum akhir 2017.
"Optimisme terus merebak mengenai peluang lolosnya reformasi pajak menjadi undang-undang di akhir tahun ini. Itu yang membuat dolar AS terapresiasi," katanya.
Ia mengatakan reformasi pajak AS yang akan mengatur tentang pemotongan pajak perusahaan dan individu, diproyeksikan dapat mendorong perekonomian AS ke masa depan menjadi lebih baik.
Sementara itu, ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan Bank Sentral AS (The Federal Resrve/The Fed) yang kembali memberi sinyal kenaikan suku bunga pada 2018 sebanyak tiga kali menjadi salah satu faktor yang menahan laju mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.
"The Fed mensinyalkan pasar tenaga kerja berlanjut menguat, dan The Fed akan menaikkan suku bunga lagi di tahun 2018 seiring dengan menguatnya ekonomi AS," kata Lana menambahkan.
Bank Indonesia (BI) pada Kamis (14/12) mencatat kurs tengah nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.573 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.565 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017
Tags: