Temuan ambar tunjukkan "Dracula" hisap darah dinosaurus
14 Desember 2017 09:26 WIB
Kutu Bongkahan kecil ambar yang mengandung dua spesies kutu dari masa 99 juta tahun lalu. Sebagai perbandingkan, kutu modern di tengah panjangnya cuma lima milimeter long. (Photo by E. Peñalver/Nature Communications). (Photo by E. Peñalver/Nature Communications)
Washington (ANTARA News) - Kutu, parasit jahat penebar penyakit, telah menimbulkan kesengsaraan hidup jauh lebih lama dari lamanya manusia menjejaki Bumi. Bahkan dinosaurus pun ikut merasakannya.
Para ilmuwan menggambarkan sejumlah kutu, termasuk spesies yang sebelumnya tidak diketahui yang dinamai Dracula seperti vampir dalam fiksi, terkubur dalam bongkahan ambar dari Myanmar yang berasal dari masa 99 juta tahun lalu, termasuk satu yang masih menyedot satu bulu yang tampaknya merupakan bulu dinosaurus Periode Cretaceous.
Salah satu kutu itu termasuk spesies Deinocroton draculi, yang artinya "kutu maut Dracula", ditemukan dalam keadaan melahap darah yang membuat ukurannya membesar sampai delapan kali lipat dari ukurannya.
Itu seperti premis dalam buku-buku dan film Jurassic Park, di mana DNA diekstraksi dari perut nyamuk penggigit dinosaurus yang terjebak di ambar lalu digunakan untuk membuat kembali dinosaurus.
Tapi, jangan mengharapkan pengklonan dino dari kutu-kutu ini.
"Tampaknya teknik modern tidak bisa mengekstraksi DNA, atau setidaknya cukup DNA yang terjaga baik, dari inklusi ambar (organisme yang terjebak dalam ambar). DNA tidak bertahan bersama waktu yang berlalu, jutaan tahun, ketika terjebak dalam ambar," kata ahli paleontologi Ricardo Pérez-de la Fuente dari Oxford University Museum of Natural History, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi yang hasilnya disiarkan di jurnal Nature Communications.
Ambar, getah pohon yang menjadi fosil, telah menjadi jendela luar biasa ke masa lalu, dengan sejumlah tipe mamalia dan tumbuhan kecil lestari dengan detail luar biasa. Dalam kasus ini, ambar menawarkan bukti langsung pertama hubungan inang-parasit antara kutu dan dinosaurus berbulu.
Kutu-kutu tersebut juga termasuk contoh tertua dari parasit-parasit ini dalam data fosil.
Namun karakteristik bulu yang direnggut oleh kutu belum dewasa tidak memungkinkan para peneliti menunjuk tipe spesifik bulu dinosaurus yang menjadi mangsa parasit penghisap darah itu. Para peneliti menduga itu bulu dinosaurus yang berlari atau mungkin burung primitif, cabang evolusi dinosaurus.
Dua kutu Dracula memberikan bukti tambahan tidak langsung bahwa parasit-parasit ini makan dari dinosaurus. Struktur serupa rambut dari larva dari apa yang disebut sebagai kumbang kulit ditemukan melekat pada kutu itu. Kumbang kulit modern makan dari sarang, memakan bulu, kulit dan rambut dari penghuni sarang.
"Kebanyakan orang tidak tahu bahwa Bram Stoker’s Dracula merupakan gambaran fiktif dari orang sungguhan, Vlad the Impaler, dua-duanya penjahat yang haus darah, meski kutu hanya berusaha untuk hidup," kata ahli entomologi David Grimaldi dari American Museum of Natural History di New York sebagaimana dikutip Reuters.
Para ilmuwan menggambarkan sejumlah kutu, termasuk spesies yang sebelumnya tidak diketahui yang dinamai Dracula seperti vampir dalam fiksi, terkubur dalam bongkahan ambar dari Myanmar yang berasal dari masa 99 juta tahun lalu, termasuk satu yang masih menyedot satu bulu yang tampaknya merupakan bulu dinosaurus Periode Cretaceous.
Salah satu kutu itu termasuk spesies Deinocroton draculi, yang artinya "kutu maut Dracula", ditemukan dalam keadaan melahap darah yang membuat ukurannya membesar sampai delapan kali lipat dari ukurannya.
Itu seperti premis dalam buku-buku dan film Jurassic Park, di mana DNA diekstraksi dari perut nyamuk penggigit dinosaurus yang terjebak di ambar lalu digunakan untuk membuat kembali dinosaurus.
Tapi, jangan mengharapkan pengklonan dino dari kutu-kutu ini.
"Tampaknya teknik modern tidak bisa mengekstraksi DNA, atau setidaknya cukup DNA yang terjaga baik, dari inklusi ambar (organisme yang terjebak dalam ambar). DNA tidak bertahan bersama waktu yang berlalu, jutaan tahun, ketika terjebak dalam ambar," kata ahli paleontologi Ricardo Pérez-de la Fuente dari Oxford University Museum of Natural History, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi yang hasilnya disiarkan di jurnal Nature Communications.
Ambar, getah pohon yang menjadi fosil, telah menjadi jendela luar biasa ke masa lalu, dengan sejumlah tipe mamalia dan tumbuhan kecil lestari dengan detail luar biasa. Dalam kasus ini, ambar menawarkan bukti langsung pertama hubungan inang-parasit antara kutu dan dinosaurus berbulu.
Kutu-kutu tersebut juga termasuk contoh tertua dari parasit-parasit ini dalam data fosil.
Namun karakteristik bulu yang direnggut oleh kutu belum dewasa tidak memungkinkan para peneliti menunjuk tipe spesifik bulu dinosaurus yang menjadi mangsa parasit penghisap darah itu. Para peneliti menduga itu bulu dinosaurus yang berlari atau mungkin burung primitif, cabang evolusi dinosaurus.
Dua kutu Dracula memberikan bukti tambahan tidak langsung bahwa parasit-parasit ini makan dari dinosaurus. Struktur serupa rambut dari larva dari apa yang disebut sebagai kumbang kulit ditemukan melekat pada kutu itu. Kumbang kulit modern makan dari sarang, memakan bulu, kulit dan rambut dari penghuni sarang.
"Kebanyakan orang tidak tahu bahwa Bram Stoker’s Dracula merupakan gambaran fiktif dari orang sungguhan, Vlad the Impaler, dua-duanya penjahat yang haus darah, meski kutu hanya berusaha untuk hidup," kata ahli entomologi David Grimaldi dari American Museum of Natural History di New York sebagaimana dikutip Reuters.
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: