KM Kelimutu dan kapal pupuk bertabrakan
13 Desember 2017 17:06 WIB
Dokumen foto Kapal Motor (KM) Kelimutu asal Sampit (Kalimantan Tengah) bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Sampit (ANTARA News) - Kapal Motor (KM) Kelimutu tujuan Surabaya, Jawa Timur, yang mengangkut 605 penumpang bertabrakan dengan KM Maju 88 bermuatan pupuk saat melintas di Sungai Mentaya, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Rabu dini hari.
"Saat itu sebagian besar penumpang tertidur. Semua langsung kaget dan berlarian keluar karena kapal terasa bergoyang dan terdengar bunyi keras akibat tabrakan. Sempat panik juga karena dikira kapal bocor dan akan tenggelam," kata Syarif, salah seorang penumpang KM Kelimutu saat ditemui di Pelabuhan Sampit, Rabu petang.
Saat itu, menurut dia, penumpang hanya menduga-duga sedang terjadi tabrakan karena cuaca gelap, namum suara keras dan goyangan kapal yang sangat terasa, membuat penumpang yakin telah terjadi tabrakan sehingga sebagian besar penumpang ketakutan.
"Pihak kapal juga tidak memberitahukan kejadian itu, tapi ada penumpang lain yang sempat melihat keluar. Setelah itu, penumpang hanya diinformasikan bahwa kapal batal menuju Surabaya dan kembali ke Pelabuhan Sampit dengan alasan keamanan," kata Sanjaya, penumpang lainnya.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit Toto Sukarno mengatakan kejadian ini merupakan musibah yang tidak diinginkan siapapun.
Ia menegaskan, tidak ada korban jiwa dalam tabrakan tersebut.
"Peristiwa ini jelas mengagetkan karena belum pernah terjadi di sini, yakni kapal penumpang bertabrakan dengan kapal barang, tapi Alhamdulillah tidak ada korban jiwa dan semua selamat," kata Toto.
Tabrakan tersebut, menurut dia, terjadi pada Rabu sekira pukul 01.00 saat KM Kelimutu sudah bertolak sekitar dua jam dari terminal penumpang Pelabuhan Sampit menuju Surabaya.
Saat melintasi perairan sekitar pos Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) Samuda, kemudi KM Kelimutu tidak bisa dikendalikan dan terus mengarah ke kanan meski dengan kecepatan aman sekira sembilan (9) knot.
Saat bersamaan, dikemukakannya, dari arah berlawanan datang KM Maju 88 bermuatan pupuk yang bertolak dari Bontang menuju Sampit.
Kapten kedua kapal sudah berkomunikasi melalui radio VHF channel 12 yang merupakan saluran wajib untuk berkomunikasi di alur laut.
Mereka sama-sama berusaha menghindari tabrakan, namun ada momen gaya yang tidak bisa langsung membuat mesin berhenti sehingga tabrakan pun terjadi.
Akibat tabrakan itu, KM Kelimutu robek di bagian atas lubang jangkar sepanjang dua meter, sedangkan KM Maju 88 rusak sekira 15 meter.
KM Kelimutu kemudian memutar haluan berbalik ke terminal penumpang karena rawan melanjutkan perjalanan dengan kerusakan tersebut saat cuaca ekstrem, sedangkan KM Maju 88 melabuh jangkar untuk membongkar muatan pupuk yang mereka bawa.
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), dikatakannya, sudah memanggil semua pihak terkait dari kedua kapal tersebut untuk kepentingan penyelidikan.
Kejadian itu juga sudah dilaporkan ke Direktur Jenderal Perhubungan Laut karena kapal yang terlibat tabrakan membawa muatan penumpang, ujarnya.
Pemeriksaan kejadian tersebut dilakukan oleh inspektur kemaritiman, tim pemeriksaan kecelakaan kapal, penyidik pegawai negeri sipil dan lainnya untuk mengecek kelaikan kapal. Jika tidak laik berlayar membawa penumpang, maka kapal harus diperbaiki dulu.
Hasil pemeriksaan nantinya juga dibawa ke Mahkamah Pelayaran sebagai bahan untuk persidangan. Langkah itu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1998 tentang Kecelakaan Kapal dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2015 tentang Cara Pemeriksaan Kapal.
"Akan dilihat apakah ada kelalaian atau ada aturan yang tidak dipatuhi. Nanti bisa saja ada sanksi, bahkan sampai penurunan ijazah misalnya setahun. Itu tergantung hakim Mahkamah Pelayaran, sedangkan kami hanya sebagai eksekutor," kata Toto.
Ia memperkirakan kerugian akibat kejadian ini cukup besar, namun sangat bersyukur tidak sampai memakan korban jiwa.
Oleh karena itu, ditambahkannya agar seluruh nakhoda atau awak lapal meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi semua aturan agar kecelakaan bisa dihindari.
Hingga Rabu sore petugas terlihat masih memperbaiki bagian atas lambung KM Kelimutu yang rusak.
Sebagian penumpang memilih batal berangkat, namun sebagian besar memilih menunggu keberangkatan, padahal keputusan izin berangkat masih menunggu hasil pemeriksaan tim penyidik.
"Saat itu sebagian besar penumpang tertidur. Semua langsung kaget dan berlarian keluar karena kapal terasa bergoyang dan terdengar bunyi keras akibat tabrakan. Sempat panik juga karena dikira kapal bocor dan akan tenggelam," kata Syarif, salah seorang penumpang KM Kelimutu saat ditemui di Pelabuhan Sampit, Rabu petang.
Saat itu, menurut dia, penumpang hanya menduga-duga sedang terjadi tabrakan karena cuaca gelap, namum suara keras dan goyangan kapal yang sangat terasa, membuat penumpang yakin telah terjadi tabrakan sehingga sebagian besar penumpang ketakutan.
"Pihak kapal juga tidak memberitahukan kejadian itu, tapi ada penumpang lain yang sempat melihat keluar. Setelah itu, penumpang hanya diinformasikan bahwa kapal batal menuju Surabaya dan kembali ke Pelabuhan Sampit dengan alasan keamanan," kata Sanjaya, penumpang lainnya.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit Toto Sukarno mengatakan kejadian ini merupakan musibah yang tidak diinginkan siapapun.
Ia menegaskan, tidak ada korban jiwa dalam tabrakan tersebut.
"Peristiwa ini jelas mengagetkan karena belum pernah terjadi di sini, yakni kapal penumpang bertabrakan dengan kapal barang, tapi Alhamdulillah tidak ada korban jiwa dan semua selamat," kata Toto.
Tabrakan tersebut, menurut dia, terjadi pada Rabu sekira pukul 01.00 saat KM Kelimutu sudah bertolak sekitar dua jam dari terminal penumpang Pelabuhan Sampit menuju Surabaya.
Saat melintasi perairan sekitar pos Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) Samuda, kemudi KM Kelimutu tidak bisa dikendalikan dan terus mengarah ke kanan meski dengan kecepatan aman sekira sembilan (9) knot.
Saat bersamaan, dikemukakannya, dari arah berlawanan datang KM Maju 88 bermuatan pupuk yang bertolak dari Bontang menuju Sampit.
Kapten kedua kapal sudah berkomunikasi melalui radio VHF channel 12 yang merupakan saluran wajib untuk berkomunikasi di alur laut.
Mereka sama-sama berusaha menghindari tabrakan, namun ada momen gaya yang tidak bisa langsung membuat mesin berhenti sehingga tabrakan pun terjadi.
Akibat tabrakan itu, KM Kelimutu robek di bagian atas lubang jangkar sepanjang dua meter, sedangkan KM Maju 88 rusak sekira 15 meter.
KM Kelimutu kemudian memutar haluan berbalik ke terminal penumpang karena rawan melanjutkan perjalanan dengan kerusakan tersebut saat cuaca ekstrem, sedangkan KM Maju 88 melabuh jangkar untuk membongkar muatan pupuk yang mereka bawa.
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), dikatakannya, sudah memanggil semua pihak terkait dari kedua kapal tersebut untuk kepentingan penyelidikan.
Kejadian itu juga sudah dilaporkan ke Direktur Jenderal Perhubungan Laut karena kapal yang terlibat tabrakan membawa muatan penumpang, ujarnya.
Pemeriksaan kejadian tersebut dilakukan oleh inspektur kemaritiman, tim pemeriksaan kecelakaan kapal, penyidik pegawai negeri sipil dan lainnya untuk mengecek kelaikan kapal. Jika tidak laik berlayar membawa penumpang, maka kapal harus diperbaiki dulu.
Hasil pemeriksaan nantinya juga dibawa ke Mahkamah Pelayaran sebagai bahan untuk persidangan. Langkah itu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1998 tentang Kecelakaan Kapal dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2015 tentang Cara Pemeriksaan Kapal.
"Akan dilihat apakah ada kelalaian atau ada aturan yang tidak dipatuhi. Nanti bisa saja ada sanksi, bahkan sampai penurunan ijazah misalnya setahun. Itu tergantung hakim Mahkamah Pelayaran, sedangkan kami hanya sebagai eksekutor," kata Toto.
Ia memperkirakan kerugian akibat kejadian ini cukup besar, namun sangat bersyukur tidak sampai memakan korban jiwa.
Oleh karena itu, ditambahkannya agar seluruh nakhoda atau awak lapal meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi semua aturan agar kecelakaan bisa dihindari.
Hingga Rabu sore petugas terlihat masih memperbaiki bagian atas lambung KM Kelimutu yang rusak.
Sebagian penumpang memilih batal berangkat, namun sebagian besar memilih menunggu keberangkatan, padahal keputusan izin berangkat masih menunggu hasil pemeriksaan tim penyidik.
Pewarta: Norjani
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017
Tags: