Hakim Ukraina bebaskan mantan presiden Georgia dari penahanan
13 Desember 2017 04:32 WIB
Arsip: Warga membawa potret mantan presiden Georgia dan mantan gubernur Odessa Mikheil Saakashvili saat mengikuti aksi anti pemerintah dan mendukung Saakashvili di pusat kota Kiev, Ukraina, Minggu (27/11/2016). (REUTERS/Gleb Garanich)
Kiev (ANTARA News) - Tokoh oposisi Ukraina, Mikheil Saakashvili, dibebaskan dari penahanan pada Senin setelah hakim Ukraina menolak permintaan jaksa agar mantan presiden Georgia itu ditempatkan dalam tahanan rumah.
Saakashvili, yang menjabat sebagai presiden Georgia selama sembilan tahun hingga 2013, pindah ke Ukraina setelah pemberontakan massal terjadi di negaranya.
Di bawah pemerintahan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Saakashvili mendapat jabatan sebagai gubernur sebuah wilayah di Ukraina dalam periode 2015-2016, sebelum kemudian berseteru dengan pemimpin Ukraina itu.
Saakashvili (49 tahun) menuduh pihak berwenang Ukraina melakukan korupsi secara luas.
Kejaksaan menginginkan agar ia ditahan di rumah sementara para penyidik memeriksa tuduhan bahwa ia membantu sebuah organisasi kejahatan. Saakashvili mengatakan tuduhan itu dibuat untuk mengecilkan kampanyenya untuk menurunkan Poroshenko dari jabatannya.
"Permintaan para jaksa ... ditolak," kata Hakim Larysa Tsokol di pengadilan.
Kasus yang dikenakan terhadap Saakashvili masih dibuka.
Ketika berbicara setelah putusan persidangan itu, yang dihadiri oleh sejumlah anggota parlemen oposisi terkemuka termasuk perdana menteri Yulia Tymoshenko, Saakashvili mengatakan ia berencana melanjutkan tugas politiknya.
Bersama-sama dengan para politisi oposisi lainnya, ia akan "mempersiapkan perubahan damai tapi sangat penting dan perlu dalam pemerintahan Ukraina," katanya.
Saakashvili, yang melancarkan mogok makan untuk menentang penahanannya, menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina pada awal persidangan.
Saakashvili juga menghadapi ancaman kemungkinan diekstradisi ke Georgia, yang memburunya atas dakwaan melakukan kejahatan.
Menteri Kehakiman Ukraina Pavlo Petrenko mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintaan ekstradisi sedang dipertimbangkan namun keputusan akhir belum dibuat.
(Uu.T008)
Saakashvili, yang menjabat sebagai presiden Georgia selama sembilan tahun hingga 2013, pindah ke Ukraina setelah pemberontakan massal terjadi di negaranya.
Di bawah pemerintahan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Saakashvili mendapat jabatan sebagai gubernur sebuah wilayah di Ukraina dalam periode 2015-2016, sebelum kemudian berseteru dengan pemimpin Ukraina itu.
Saakashvili (49 tahun) menuduh pihak berwenang Ukraina melakukan korupsi secara luas.
Kejaksaan menginginkan agar ia ditahan di rumah sementara para penyidik memeriksa tuduhan bahwa ia membantu sebuah organisasi kejahatan. Saakashvili mengatakan tuduhan itu dibuat untuk mengecilkan kampanyenya untuk menurunkan Poroshenko dari jabatannya.
"Permintaan para jaksa ... ditolak," kata Hakim Larysa Tsokol di pengadilan.
Kasus yang dikenakan terhadap Saakashvili masih dibuka.
Ketika berbicara setelah putusan persidangan itu, yang dihadiri oleh sejumlah anggota parlemen oposisi terkemuka termasuk perdana menteri Yulia Tymoshenko, Saakashvili mengatakan ia berencana melanjutkan tugas politiknya.
Bersama-sama dengan para politisi oposisi lainnya, ia akan "mempersiapkan perubahan damai tapi sangat penting dan perlu dalam pemerintahan Ukraina," katanya.
Saakashvili, yang melancarkan mogok makan untuk menentang penahanannya, menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina pada awal persidangan.
Saakashvili juga menghadapi ancaman kemungkinan diekstradisi ke Georgia, yang memburunya atas dakwaan melakukan kejahatan.
Menteri Kehakiman Ukraina Pavlo Petrenko mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintaan ekstradisi sedang dipertimbangkan namun keputusan akhir belum dibuat.
(Uu.T008)
Pewarta: LKBN Antara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: