Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol mengatakan para pekerja migran yang di Indonesia dikenal dengan sebutan "Pahlawan Devisa" membawa pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan gagasan baru yang mereka dapat laksanakan ketika pulang, dan para migran berpotensi memberikan manfaat bagi semua.

Ketika memberikan sambutan dalam Konferensi Internasional mengenai Hak Azasi Manusia, Migrasi dan Pembangunan di ASEAN di Jakarta, Selasa, Dubes Swartbol mengataka bahwa mobilitas manusia dan migrasi terjadi pada abad ini dengan jumlah akan meningkat dari angka saat ini lebih 230 juta migran internasional.

"Migrasi tak dapat dielakkan, perlu dan diinginkan tetapi dengan syarat dikelola denga baik," kata dia.

Konferensi itu yang diselenggarakan atas kerja sama dengan Pusat Kajian Asia Tenggara (CSEAS) dan mitra-mitra bersama kantor Perwakilan ASEAN Intergovernmental Comission on Human Rights (AICHR), UN Women dan International Organisation of Migrants menghadirkan sejumlah pakar dari berbagai negara seperti Indonesia, Belanda, Malaysia dan Jerman.

Lebih jauh dia mengatakan pekerja migran membantu penyediaan tenaga buruh di negara-negara yang membutuhkan agar pertumbuhan ekonomi berjalan baik. Bagi negara-negara asal mereka, pekerja migran menyumbang secara ekonomi melalui pengiriman uang dalam bentuk valuta asing (remittance).

Menurut Bank Dunia, remittance global per tahun menghasilkan uang tiga kali daripada semua bantuan asing jika digabungkan. Di Asia Tenggara, remittance mencapai dua kali lipat selama 10 tahun terakhir dan berjumlah 63,9 miliar dolar AS tahun 2016. Angka ini sama dengan PDB Myanmar, dan sekitar tiga kali PDB Kamboja. Filipina sendiri menerima nnilai remittance terbesar ketiga seetelah China dan India.

Dia menyatakan mekanisme perlindungan yang memadai harus diberlakukan khususnya atas para migran yang tak terdaftar dan pekerja rumah tangga.

Dubes Swartbol menyambut baik Konsensus ASEAN mengenai proteksi dan Promosi Hak Pekerja Migran yang disepekati para pemimpin ASEAN dalam konferensi tingkat tinggi di mania baru-baru ini. Perjanajian itu akan memberikan tingkat proteksi yang sama bagi para pekerja migran sebagaimana negara-negara anggota ASEAN berikan kepada warga negaranya sendiri.

Dalam sambutannya, Dubes Belanda juga menyampaikan sejarah pergerakan manusia di Eropa termasuk mobilitas berbagai warga negara ke Belanda untuk mencari pekerjaan.

"Karena gaji di negara saya lebih besar daripada di negara-negara asal, pekerja immigran melihat peluang memperoleh pendapatan lebih tinggi dan para pekerja Belanda melihat kemungkinan untuk mendapatkan buruh dengan upah relatif rendah," katanya.

Baru-baru ini dia juga melihat para migran baru datang dari Timur Tengah, Afrika Utara dan Afrika Sub-Sahara, wilayah yang dilanda perang.

"Kami berusaha bersama negara-negara lain di Eropa untuk mengatasi masalah tersebut," katanya.

Migran asing di Indonesia
Wakil AICHR Indonesia, Dr. Dinna Wisnu mengatakan warga Indonesia menjadi pekerja migran ke Arab Saudi, Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain, Kuwait, Qatar, Yordania, Mesir, Australia, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang dan beberapa negara Eropa.

Indonesia menerima pekerja migran antara lain dari China, Jepang, AS, India, tambah Dinna.

Menurut dia, di AICHR, isu mengenai migrasi termasuk proyan yang mendapat prioritas.

"Kendati jumlah migrasi lintas batas meningkat di kawasan Asia Tenggara, miigrasi reguler dan ireguler, proteksi bagi miran masih merupakan tantangan dan AICHR melihat ada kesenjangan terkait hak-hak buruh seperti provuisi kesejahteraan sosial, akses kepada layanan kesehatan, upah dan perlakuan terhadap pekerja perempuan," katanya.