Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Anwar Abbas, mengusulkan pengurangan penggunaan dolar Amerika Serikat dalam transaksi antarnegara guna menekan Amerika Serikat tanpa jalur kekerasan dalam mengatasi krisis Yerusalem yang diklaim Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebagai ibu kota Israel.

"Jika Donald Trump tidak mundur soal Yerusalem maka kita perlu meninggalkan transaksi menggunakan Dolar AS secara berangsur. Kita tekan tanpa ada letusan senjata," kata Abbas, saat ditemui di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan langkah yang bisa dilakukan di tingkat perdagangan antarnegara adalah dengan tidak menggunakan Dolar AS dalam transaksi. Salah satu contohnya, jual beli Indonesia dan Malaysia langsung menggunakan mata uang masing-masing negara tanpa menggunakan dolar Amerika Serikat.

Menurut dia, menekan Amerika dengan tidak menggunakan dolar Amerika Serikat adalah langkah yang jitu. Perlahan ekonomi AS akan tertekan karena kecilnya permintaan dolar sehingga nilainya terus turun. Dengan begitu, Trump bisa mendapatkan tekanan dari banyak sisi baik luar dan dalam negeri.

Apabila di dalam negeri Amerika Serikat terus mengalami tekanan, kata dia, maka Trump bisa dimakzulkan oleh masyarakatnya sendiri karena tidak puas dengan kepemimpinan tokoh Partai Republik itu.

"Kalau begitu, maka dia akan mendapat tekanan dalam negeri yang sangat kuat. Kalau bisa dimakzulkan," katanya.

Terlepas dari persoalan Palestina, baru-baru ini Bank Indonesia, Bank Negara Malaysia, dan Bank of Thailand, menyepakati local currency settlement framework. Dengan kesepakatan itu masing-masing negara dapat menggunakan mata uangnya masing-masing yaitu rupiah, ringgit, dan baht dalam transaksi ekspor dan impor di antara ketiga negara.