Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah, Rabu pagi, turun tipis dua poin menjadi Rp8.888/8.895 dibandingkan penutupan hari sebelumnya sebesar Rp8.886/8.895, setelah hari sebelumnya menguat. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan rupiah cenderung stabil setelah beberapa hari menguat, akibat masuknya aliran dana dari negara-negara Asia, seperti China dan India. Karena itu, koreksi terhadap rupiah saat ini hanya sesaat saja, peluang untuk kembali menguat masih tetap tinggi, katanya. Selain itu, menurut dia, faktor fundamental ekonomi yang cukup baik juga merupakan alasan bagi rupiah untuk menguat lagi dan ramainya pasar obligasi di dalam negeri juga memberikan nilai positif terhadap rupiah. Jadi peluang rupiah untuk kembali naik cukup besar, meski untuk mencapai level Rp8.600 per dolar AS yang pernah dicapai beberapa bulan lalu agak sulit, ucapnya. Rupiah, lanjutnya, kemungkinan akan mendapat hambatan dari Bank Indonesia (BI) yang akan segera masuk ke pasar, apabila pergerakan yang menguat menuju ke level Rp8.600 per dolar AS. BI bahkan akan kembali menarik rupiah untuk berada di level Rp9.000 per dolar AS, karena pada level tersebut rupiah dinilai cukup stabil, katanya. Edwin memperkirakan rupiah akan berada pada kisaran antara 8.870 hingga Rp8.800 per dolar AS sampai akhir pekan ini, karena faktor positif terhadap rupiah masih kuat. Rupiah saat ini mencapai 8.888 per dolar AS yang diperkirakan pada sore nanti akan kembali menguat hingga mendekati level Rp8.800 per dolar AS, katanya. Ditanya mengenai dolar AS, menurut dia, masih menguat terhadap yen karena ada kekhawatiran para pelaku terus melakukan aksi "carry trade" untuk mengambil untung sejalan dengan melemah yen. Dolar AS terhadap yen menjadi 123,35, euro menjadi 165,60 dari 166,12 yen dan euro terhadap dolar AS menjadi 1,3427. Bank Sentral Jepang (BoJ) sebelumnya menyatakan akan menaikkan suku bunganya untuk memicu yen menguat, karena mata uang itu terus terpuruk jauh di atas angka psikologis 100 yen. (*)