Subang, Jawa Barat (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta agar standarisasi dan kajian pasar untuk buah-buah lokal nusantara mulai dilakukan guna memberi daya saing dengan buah-buah impor.

"Penting untuk ada standarisasi pada bibit, hasil buah dan mutu produk. Selain itu perlu juga perkuat kajian pasar, jangan sampai kita lakukan penelitian dan pengembangan meningkatkan rasa manis untuk buah ekspor tapi ternyata justru tidak laku di pasar luar," kata Nasir saat meresmikan Pusat Bibit Buah Nusantara di Subang, Jawa Barat, Selasa.

Untuk itu, ia minta agar Pusat Bibit Buah Nusantara di Subang --yang dikelola oleh PT Botani Seed Indonesia yang merupakan joint operation antara anak perusahaan PT Bogor Life Science and Technology-Holding Company milik IPB dengan Pusat Kajian Holtikultura Tropika-LPPM IPB-- ini mulai mempersiapkan varietas-varietas tanaman buah tropis yang secara mutu bibit, hasil buah dan mutu produk baik sehingga dapat distandarisasi.

"Kalau memang inginnya dibuat kulitnya hijau ya buat hijau semua, kalau oranye ya oranye semua, kalau mau manis rasanya ya manis semua, kalau asam segar dibuat yang asam segar. Ukuran buahnya kalau bisa juga standar," ujar dia.

Setelah diciptakan varietas-varietas buah tropika nusantara yang berkualitas sesuai yang dikehendaki baru lah, ia mengatakan standarisasi dilakukan. Badan Standarisasi Nasional juga bisa berperan di sana.

Dengan mampu diproduksinya bibit buah-buah lokal berkualitas ini dan bisa dilakukan di 17 provinsi oleh Pusat Bibit Buah Nusantara harapannya panen raya buah lokal nusantara bisa dilakukan sepanjang tahun di Indonesia, lanjut Nasir.

Negara lain, menurut dia, lebih baik dalam mengembangkan buah-buah lokalnya karena sudah memegang standarnya. "Kalau kita bisa melakukan hal sama saya yakin nilai tambahnya akan sangat besar dan kita bisa menguasai pasar buah tropis dunia".

Pada kesempatan yang sama Nasir meminta hanya produk hilirisasi berupa buah tropika nusantara yang diekspor, bukan bibitnya. Dirinya berharap Indonesia tetap kuat sebagai pemilik kekayaan hayatinya.

"Kalau kita ekspor bibitnya dan di dalam negeri sendiri kita tidak kuat produksinya, lima tahun berikutnya kita justru yang impor buah-buah lokal kita sendiri," ujar dia.

Ia telah meminta bibit kopi dan kakao tidak diekspor ke Kamboja dan Vietnam meski mereka sangat menghendaki. Hanya produk-produk hilirisasi dari kopi dan kakao itu yang boleh diekspor.