Kemenperin cetak 356 naker industri TPT kompeten dari Bandung
9 Desember 2017 15:59 WIB
Sekjen Kemenperin Haris Munandar menyerahkan ijazah kepada salah satu lulusan Diploma IV, Philavanh Hueng Phoxai lulusan dari negara Laos disaksikan Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono (kanan) pada acara Wisuda Politeknik STTT Bandung, Sabtu.
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 356 lulusan Politeknik STTT Bandung siap berkontribusi dalam peningkatan produktivitas dan daya saing industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional.
Salah satu unit pendidikan milik Kementerian Perindustrian ini fokus membidangi program studi terkait industri TPT.
“Industri TPT merupakan sektor padat karya. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang kompeten, Kemenperin telah memiliki berbagai program strategis melalui pendidikan dan pelatihan vokasi,” kata Sekjen Kemenperin Haris Munandar melalui keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu.
Haris menyampaikan hal itu pada acara Wisuda Politeknik STTT Bandung.
Program strategis tersebut, antara lain dihasilkan dari para lulusan Politeknik STTT Bandung dan Akademi Komunitas Tekstil Solo, Diklat 3in1 (pelatihan, sertifikasi dan penempatan) untuk industri garmen, serta pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan industri.
Dari 356 yang diwisuda, 238 orang lulusan Program Diploma IV atau Sarjana Terapan dari jurusan Teknik Tekstil, Kimia Tekstil, Produksi Garmen dan Konsentrasi Fashion Desain.
Selanjutnya, 30 orang lulusan Program Diploma III Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL), serta 88 orang lulusan Program Diploma I dan Diploma II dari kerja sama dengan asosiasi dan perusahaan TPT.
“Sebanyak 322 orang lulusan dari program reguler, telah diterima bekerja saat wisuda. Sisanya, dalam tiga bulan, akan terserap di industri,” ungkap Haris.
Terjadi peningkatan penyerapan lulusan sebesar 15 persen, di mana tahun 2016 mencapai 75 persen dan tahun 2017 menjadi 90,45 persen. Tahun ini ada sebanyak 130 perusahaan TPT yang meminta langsung lulusan Politeknik STTT Bandung.
Semenjak wisuda pertama hingga saat ini, perguruan tinggi bidang tekstil ini telah mencetak lulusan sebanyak 4.248 orang program Diploma IV, 235 program D-III TPL, 59 orang program D-II dan 1.776 orang program D-I. Tahun ini, meluluskan sebanyak 51 orang berpredikat "Dengan Pujian", salah satunya adalah Philavanh Hueng Phoxai, lulusan dari negara Laos.
Philavanh Hueng Phoxai kuliah di Program Studi Produksi Garmen selama empat tahun dengan bantuan beasiswa dari Kemenperin dan mendapatkan IPK 3,56.
Menurut Haris, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten menjadi syarat mutlak untuk terwujudnya industri yang mandiri dan berdaya saing. Faktor utama lainnya adalah investasi dan teknologi.
“Politeknik STTT Bandung akan membuka program S2 terapan, yang saat ini tengah dibangun gedung program magister dengan empat lantai. Sejak tahun 2013, ketiga program studi Diploma IV telah mendapatkan akreditasi A dari BAN PT. Kami berharap juga mendapat akreditasi tingkat internasional,” ungkapnya.
Politeknik di lingkungan Kemenperin dikembangkan dengan spesialisasi di bidang industri.
Selanjutnya, sebagai pusat penelitian dan pengembangan produk dan teknologi industri, serta menjalin kerja sama dengan industri untuk menyediakan pelayanan jasa pengujian atau jasa produksi dengan memanfaatkan fasilitas workshop dan laboratorium yang dimiliki.
Kemudian, melakukan peningkatan akreditasi sebagai bentuk pengakuan kualitas pendidikan, bermitra dengan lembaga pendidikan dan industri untuk pengembangan riset terapan serta bekerja sama dengan universitas di luar negeri untuk penerbitan jurnal internasional.
Langkah-langkah ini dapat membuat unit pendidikan Kemenperin lebih kompetitif ke depannya.
Menurut Haris, para lulusan Politeknik STTT Bandung ini mengisi di sejumlah wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan dan penyebaran industri TPT di Indonesia, seperti Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.
“Lebih dari 67 persen, industri TPT di dalam negeri merupakan sektor hilir yang menghasilkan produk pakaian jadi dan barang tekstil lainnya,” ucapnya.
Selain itu adalah industri antara yang meliputi sektor pemintalan (spinning), pertenunan (weaving), perajutan (knitting), serta printing dan finishing kain.
Berdasarkan proyeksi pertumbuhan industri TPT ke depan, kebutuhan tenaga kerjanya akan mencapai 135 ribu orang per tahun atau 22,5 persen dari total penyerapan pekerja di seluruh sektor industri sebanyak 600 ribu orang per tahun.
Kemenperin menargetkan, hingga akhir tahun 2017, jumlah tenaga kerja yang terserap di industri TPT nasional sebanyak 2,73 juta orang dengan nilai ekspor diperkirakan sebesar 12,09 miliar dollar AS.
“Maka, sektor industri TPT ini sebagai jaring pengaman sosial karena mampu menyerap tenaga kerja yang banyak,” jelasnya.
Apalagi, industri TPT memiliki peran strategis dalam proses industrialisasi, karena produk yang dihasilkan mulai dari bahan baku (serat) sampai dengan barang konsumsi (pakaian jadi dan barang jadi), mempunyai keterkaitan baik antar industri maupun sektor ekonomi lainnya.
Salah satu unit pendidikan milik Kementerian Perindustrian ini fokus membidangi program studi terkait industri TPT.
“Industri TPT merupakan sektor padat karya. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang kompeten, Kemenperin telah memiliki berbagai program strategis melalui pendidikan dan pelatihan vokasi,” kata Sekjen Kemenperin Haris Munandar melalui keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu.
Haris menyampaikan hal itu pada acara Wisuda Politeknik STTT Bandung.
Program strategis tersebut, antara lain dihasilkan dari para lulusan Politeknik STTT Bandung dan Akademi Komunitas Tekstil Solo, Diklat 3in1 (pelatihan, sertifikasi dan penempatan) untuk industri garmen, serta pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan industri.
Dari 356 yang diwisuda, 238 orang lulusan Program Diploma IV atau Sarjana Terapan dari jurusan Teknik Tekstil, Kimia Tekstil, Produksi Garmen dan Konsentrasi Fashion Desain.
Selanjutnya, 30 orang lulusan Program Diploma III Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL), serta 88 orang lulusan Program Diploma I dan Diploma II dari kerja sama dengan asosiasi dan perusahaan TPT.
“Sebanyak 322 orang lulusan dari program reguler, telah diterima bekerja saat wisuda. Sisanya, dalam tiga bulan, akan terserap di industri,” ungkap Haris.
Terjadi peningkatan penyerapan lulusan sebesar 15 persen, di mana tahun 2016 mencapai 75 persen dan tahun 2017 menjadi 90,45 persen. Tahun ini ada sebanyak 130 perusahaan TPT yang meminta langsung lulusan Politeknik STTT Bandung.
Semenjak wisuda pertama hingga saat ini, perguruan tinggi bidang tekstil ini telah mencetak lulusan sebanyak 4.248 orang program Diploma IV, 235 program D-III TPL, 59 orang program D-II dan 1.776 orang program D-I. Tahun ini, meluluskan sebanyak 51 orang berpredikat "Dengan Pujian", salah satunya adalah Philavanh Hueng Phoxai, lulusan dari negara Laos.
Philavanh Hueng Phoxai kuliah di Program Studi Produksi Garmen selama empat tahun dengan bantuan beasiswa dari Kemenperin dan mendapatkan IPK 3,56.
Menurut Haris, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten menjadi syarat mutlak untuk terwujudnya industri yang mandiri dan berdaya saing. Faktor utama lainnya adalah investasi dan teknologi.
“Politeknik STTT Bandung akan membuka program S2 terapan, yang saat ini tengah dibangun gedung program magister dengan empat lantai. Sejak tahun 2013, ketiga program studi Diploma IV telah mendapatkan akreditasi A dari BAN PT. Kami berharap juga mendapat akreditasi tingkat internasional,” ungkapnya.
Politeknik di lingkungan Kemenperin dikembangkan dengan spesialisasi di bidang industri.
Selanjutnya, sebagai pusat penelitian dan pengembangan produk dan teknologi industri, serta menjalin kerja sama dengan industri untuk menyediakan pelayanan jasa pengujian atau jasa produksi dengan memanfaatkan fasilitas workshop dan laboratorium yang dimiliki.
Kemudian, melakukan peningkatan akreditasi sebagai bentuk pengakuan kualitas pendidikan, bermitra dengan lembaga pendidikan dan industri untuk pengembangan riset terapan serta bekerja sama dengan universitas di luar negeri untuk penerbitan jurnal internasional.
Langkah-langkah ini dapat membuat unit pendidikan Kemenperin lebih kompetitif ke depannya.
Menurut Haris, para lulusan Politeknik STTT Bandung ini mengisi di sejumlah wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan dan penyebaran industri TPT di Indonesia, seperti Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.
“Lebih dari 67 persen, industri TPT di dalam negeri merupakan sektor hilir yang menghasilkan produk pakaian jadi dan barang tekstil lainnya,” ucapnya.
Selain itu adalah industri antara yang meliputi sektor pemintalan (spinning), pertenunan (weaving), perajutan (knitting), serta printing dan finishing kain.
Berdasarkan proyeksi pertumbuhan industri TPT ke depan, kebutuhan tenaga kerjanya akan mencapai 135 ribu orang per tahun atau 22,5 persen dari total penyerapan pekerja di seluruh sektor industri sebanyak 600 ribu orang per tahun.
Kemenperin menargetkan, hingga akhir tahun 2017, jumlah tenaga kerja yang terserap di industri TPT nasional sebanyak 2,73 juta orang dengan nilai ekspor diperkirakan sebesar 12,09 miliar dollar AS.
“Maka, sektor industri TPT ini sebagai jaring pengaman sosial karena mampu menyerap tenaga kerja yang banyak,” jelasnya.
Apalagi, industri TPT memiliki peran strategis dalam proses industrialisasi, karena produk yang dihasilkan mulai dari bahan baku (serat) sampai dengan barang konsumsi (pakaian jadi dan barang jadi), mempunyai keterkaitan baik antar industri maupun sektor ekonomi lainnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017
Tags: